Bisa Karena Terpaksa di Paris

Pernah tahu perkataan ‘Bisa karena terpaksa’?

Belum?

Ya iya lah, karena adanya perkataan ‘Bisa karena biasa’, bukan ‘Bisa Karena Terpaksa’. Hihihi. *lanjut mamam Yupi*

Tapi tahukah bahwa keterpaksaan juga membuat seseorang bisa melakukan sesuatu? Saya membuktikannya saat saya di Prancis kemarin. Terpaksa banget bisanya!! :)))

seine-river-france


Saat saya masih SMA, ya enam belas tahun lalu lah (EH APA?? ENAM BELAS TAHUN LALU?? Sudah lama sekali waktu berlalu kok saya tetap kelihatan manis serta awet muda begini?? *cermin pecah berkeping-keping*) saya ikut les bahasa Prancis. Kenapa Bahasa Prancis?

Tak lain tak bukan adalah karena mama bilang les Bahasa Prancis saja.

Hihihi.

Saat itu sebenarnya saya maunya les Bahasa Belanda, tapi mengingat CCF (tempat les Bahasa Prancis) lebih dekat dari sekolah, bisa dicapai dengan berjalan kaki, sambil makan siomay beli di pinggir jalan, makan dari plastiknya langsung; maka ketika mama memberikan saran untuk les Bahasa Prancis saja, saya langsung iyakan. Gampangan sekali memang saya nih kalau soal siomay bahasa. Saya sempat les selama dua tahun di CCF Salemba sebelum akhirnya saya lulus.

siomay-bandung
Duh, jadi pengen ini sekarang.. :’)) Gambar didapat dari sini.

Les Bahasa Prancis saya lanjutkan di LBI-UI. Tapi karena kesibukan membuat vlog sambil pakai atasan crop yang kemungkinan membuat saya masuk angin itu (Dek Awkarin, I’m looking at you!), saya hanya les selama enam bulan saja.

Setelahnya, kemampuan Bahasa Prancis saya hidup segan mati tak mau. Kalau ada yang berbicara Bahasa Prancis dengan pelan dan runut, saya masih bisa menangkap beberapa kata di perkataan itu, tapi kalau berbicaranya dengan cepat, saya kehilangan arah dan tujuan hidup pemahaman. Nggak paham sama sekali! Kalau baca tulisan masih lebih mendingan. Dan saya tidak pernah merasa saya bisa Bahasa Prancis. Atau kalau bisa ya sangat pasif lah. Hihihi.

Hingga kemudian saya harus ke Prancis!

Harus!

Karena tiket yang ada di tangan mengindikasikan saya pulang dari negara itu.

Harus multi-city Kak, kalau nggak pulang dari Prancis nggak dapat diskon, Kak. Hihihi.

Saya dan mama hanya mengunjungi Paris dan hanya dua hari, tapi dua hari itu cukup mencengangkan buat saya. Karena di sana, lha kok saya lancar berbahasa Prancis!!

shock-gif
Shock anggun ala Adele

Bukan rahasia lagi kalau orang Prancis itu nggak suka berbahasa Inggris. Sudah rahasia umum juga kalau orang Prancis terkenal agak kasar saat berbicara. Nah rahasia-rahasia yang bukan rahasia ini (naon, Bulan teh?) membuat saya malas dikasari hanya karena persoalan bahasa, jadi dari awal kami sampai di stasiun, saya memaksa diri saya untuk berbicara Bahasa Prancis dalam setiap kesempatan harus berhadapan dengan orang sana. I won’t let anyone shout at me or hector me. Cukup sudah mantan suami saja yang begitu. Eaaa.. NEXT!!

Pemaksaan terhadap diri sendiri ini berefek bagus. Di luar bayangan, saya bisa berkomunikasi dalam Bahasa Prancis dengan baik! Orang sana memahami apa yang saya tanyakan atau katakan. Itu artinya ‘baik’ kan? Hehehe.

Gramatika Bahasa Prancis saya bisa dikatakan hancur seperti halnya hati ketika putus cinta untuk kesekian kali, jadi saya berbicara tanpa gramatika yang jelas. Saya hantam saja semua!! Hahaha. Saya main asal tempel kata. Kalau saya lagi sadar, saya mencoba memakai gramatika yang benar. Tapi kalau lagi buru-buru dan lupa bentuk lampau dari sebuah kata atau kata penghubung yang benar, saya lanjutkan saja produksi tempel katanya. Hehehe.

Dengan pengalaman ini, ada beberapa catatan berkaitan dengan rahasia umum tadi.

Orang Prancis benar nggak mau berbahasa Inggris, Lan?

Hmm.. Malas mungkin ya, atau memang (beberapa) nggak bisa. Mungkin ya sama saja dengan orang Indonesia. Apakah kita lebih memilih diajak berbicara dalam Bahasa Inggris oleh orang asing saat berada di Indonesia? Mungkin sebagian menjawab ya. Tapi kalau ada orang asing berusaha berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, lebih senang nggak? Kalau saya sih iya, nggak tahu kalau Mas Anang. Begitu pun, saya rasa, dengan orang Prancis. Mereka menghargai orang asing yang mau berusaha berkomunikasi dalam bahasa mereka. Dan karena ada usaha ini, orang sana kemudian jadi cukup pengertian dengan berbicara dalam tempo yang diperlambat supaya saya bisa paham. Kalau saya kurang mengerti dan menanyakan ulang pun mereka akan mengulang jawabannya lagi.

train-station-paris

Tapi saya ceritakan sedikit kejadian yang agak membuat saya kesal ya. Masih tentang orang Prancis dan Bahasa Inggris.

Saat saya dan mama mau ke bandara dengan naik kereta, karena terburu-buru dan (saya pikir) hanya menanyakan hal yang sederhana, cuma persoalan saya-mau-naik-kereta-yang-ke-bandara, bisa-masuk-lewat-gate-ini-nggak?, saya memakai Bahasa Inggris. Hasilnya apa?

Setelah mengulang pertanyaan selama dua kali dan mendapatkan wajah naon-aing-teu-ngarti dari perempuan di dalam konter tiket, kali ketiga saya ulang itu perempuan misuh-misuh bilang ‘Speak slow, not understand! This is France, (not UK)!’

Saya tarik napas panjang lalu switch code ke Bahasa Prancis. Dan dijawab pendek ‘Oui!’ Deuuuu ilah! Dari tadi napa Mbak. Kan kita jadi nggak usah pakai kesal-kesalan begini. >.<

Begitulah, beberapa dari mereka nggak mau berbahasa Inggris karena memang kurang bisa Bahasa Inggris. Kalian pikir semua orang bule bisa Bahasa Inggris apa?! NGGAK LAH!!

*gebrak meja*

Orang Prancis berbicaranya kasar, Lan?

Kembali lagi ke cerita <<London, Kau Mengagetkan Mama!!>> sebelumnya; kasar tidaknya cara orang berbicara itu tergantung pembandingnya. Kalau dibandingkan dengan orang-orang Eropa lainnya, orang Prancis sih rasanya baik-baik saja. Terdengar lebih kasar dibanding orang Belanda memang, tapi ya nggak bentak-bentak pakai kata-kata kasar atau gimana gitu. Orang Prancis memang lebih cuek (eh atau Parisian saja sepertinya), pas saya mau kirim kartu pos dari sana dan bertanya di mana bisa beli prangko satuan, orang Kantor Posnya cuek banget bilang dia nggak punya, trus sudah, saya dicuekin tanpa solusi atau pemberitahuan di mana bisa beli prangko satuannya.

LAH TRUS?

Tiga kali saya nanya dan dia keukeuh bilang nggak punya. Hayati lelah menghadapi ketidakjelasan ini. :'(

Akhirnya saya keliling Kantor Pos itu saja dan beli dari mesin. Kirimnya cuma empat kartu pos, beli prangko dari mesin minimal serenteng isi 15. Huks. Masih ada sebelas nih saya bawa balik ke Indonesia. Mungkin ini pertanda saya harus kembali lagi ke sana dan mengirimkan sebelas kartu pos lagi.

Hasek!!

Ada amin di sini, Saudara-saudara?

france-stamp

Tapi saya aman kok di Prancis selama dua hari. Aman dan bahagia menyadari perjuangan dua setengah tahun belajar Bahasa Prancis ternyata ada hasilnya. Hihihi.

Ada yang bilang nggak ada yang sia-sia dari sebuah perjuangan. Saya yakin perjuangan mempelajari suatu bahasa termasuk salah satunya.

Eh tapi nggak tahu ya kalau perjuangan cinta. EAAAAA!!

Brb, buka Tinder.

Hihihi.

Senyum dulu ah.. 🙂

 

Related Posts

44 Responses
  1. gue taunya merci boku aja lan hahaha, dulu sempet sih kuliah baca2 buku panduan (yaelah panduan hahaha) bhs perancis karena katanya bhs perancis itu seksi, gue kan mau jd seksi alhasil belajarlah lewat buku tp mandeg di vocab feminin dan maskulin apa2an itu bahasa kok ada gendernya akhirnya gak belajar keburu males, ntar belajar deh klo dah pegang tiket ke Paris

    1. Hahahaha. Ampe jideng dulu ngapalin maskulin dan femininnya, Na. Tapi lama-lama terbiasa kok, kadang dibayangin aja ‘sifat’ dari bendanya trus jadi tau maskulin femininnya. Hehe.

  2. siomaynya menggodaaa!
    hm, belajar bahasa memang gak bakalan percuma ya kayaknya.
    dan karena itulah, gua pengen banget ke Jerman, supaya gak percuma dulu pernah les bahasanya. #alesan

    1. Laksanakan Viiirrr. Laksanakan! Eh itu Bahasa Jerman lebih warbiyasak lagi lho. Beda sendiri dibanding bahasa lainnya di Eropa yang agak mirip-mirip. Hihi.

  3. Eaaaaa, banyak selipan-selipan buku, eh curhatan yah..kekekeke
    Kalo bahasa menurut aku intinya ada saling pengertian diantara pembicara dan penerima. Yang penting saling mengerti. Cukup. *ini komentar ambigu kayanya, kayanya lagi baper* 😀 😀

    1. Hahahaha. Emang post aku ni sarana yang tepat menyalurkan gejolak curhatan dan kebaperan ya. Hihi.
      Betul, esensi komunikasi adalah sampainya pesan dari penutur ke partner berbicaranya. Kalau pesan sampai ya berarti komunikasinya lancar. Begitu yang aku pelajari dulu di kampus. TSAH! #dibahas

  4. Kania

    gue cukup beruntung ya berarti kayaknya kemarin 4 hari di sana blas bles bles pake bahasa inggris mulu, ketemu orang yg baik-baik dan kebetulan bisa bahasa inggris semua.. hahaha.. kecuali sekali yg ala-ala “parlez vous anglais” :)))

    1. Ahahaha you are! But it works both ways I guess. Jadi kalau terpaksa, mereka ya mau gak mau pakai Bahasa Inggris juga. Tapi kalau ditanya lebih nyaman mana untuk mereka, gw yakin pun mereka ngerasa lebih nyaman pakai bahasa sendiri. Bihihik.

  5. haha…yang masih mau denger bahasa inggris termasuk baik dan sabar lho mba…kdg ada yang langsung udah next aja…org prancis apalagi parisian juga nggak suka basa-basi kelamaan. kalau mereka nggak tau ya bilang nggak tau. pelayannya restonya juga nggak semanis di indo…lebih ke kita yg merasa butuh mereka….proud terhadap bahasanya memang gede..presiden chirac saja konon pernah marah dan walk out krn ada wakil prancis di PBB yg ngomongnya bahasa Inggris..jgn terlalu diambil ati..maklumi saja sambil diem2 ngelap keringet..

    1. Hahaha. Aku si sudah sangat maklum kok. Dari pas belajar bahasanya juga sudah tahu kultur mereka yang sangat bangga sama bahasanya dan gak suka basa basi. Hihi.
      Pelayan kemarin untungnya masih baik-baik aja sih. Sopan juga melayaninya. Hehe.

      1. iya gitulah tapi begitu keluar negaranya bahasa inggris ga gape kebingungan deh…contoh org prancis yg ditemui di salah satu daerah…pas ketemu yg bisa bahasa prancis lgs kyk org mau tenggelam ketemu sekoci penyelamat…ah jadi gosip hihihi….#maaf

  6. Seruuu ih baca cerita Mbak Bulan. Oke jadi rata-rata orang Perancis tidak bisa berbahasa Inggris. Dan saya nyesel dulu tidak mau ikut les bahasa Prancis padahal lokasi lesnya deket banget dari rumah. Inggris tidak becus Perancis tidak mengerti. Jadi ngapain dong sayah? Eh malah curhat di mari…

    1. Hahaha. Duh emang ya ini lapakku ni tempat curhat colongan paling cihuy. Hihihi.
      Eh aku nggak bilang rata-rata ya, banyak yang bisa Bahasa Inggris juga kok, cuma mereka bangga banget sama bahasanya sendiri jadi malas pakai bahasa lain.
      Mbak Evi bisa Bahasa Jawa?

  7. Pas di kamar hotel lu, gw kan denger lu ngomong sama mamang Recepsionis itu pake bahasa Prancis,,macam nada mesra *sebar gosip*
    *Lah gw napa ada di kamar hotel lu?..hahahha*

      1. Mamang Metro TV
        Mamang Receptinonist Hotel Perancis
        Mamang siapa lagi Onti?
        Pas ke Nepal atau Ora ada Mamang potensial lagikah yang gw ga sadar?
        Onti sih pesonanya tiada tara *yes dapat siomay gratis*

  8. Je desire beaucoup vouz parles, mais je ne parle pas tres bien le francais. Ingetnya juga cuma tinggal ini doang, udah nguap entah kemana bisa nya hahahaha …
    Btw, kaya nya masih lebih ‘kasaran’ orang Jerman ya Bulan? Bahasanya lebih bentak2an gitu hihihi.
    Ah tau gitu, aku nitip kartu pos deh. Sayang khan itu prangko nya 🙂

    1. Je suis aussi parler un peu. Je connais si tu parle Francais mais j’ai besoin des temps pour le response.
      Kalau kasaran dari pengucapannya kayaknya iya, lebih kasar orang Jerman. Tapi aku belum pernah kesana si, jadi ndak pasti. Hihi.
      Nanti ya kalau aku balik lagi aku minta alamat kamu untuk kirim kartupos dari sana. 🙂 *ci incess baik anet cih*

  9. hahaha, kalau ke Paris memang selalu meninggalkan kesan mendalam, ya.
    gue juga ngalamin pakai bhs Inggris, untung dibalas sama orangnya dgn bahasa tubuh.
    terus supir taksinya ampun, udah gue bacain nama jalannya dengan bahasa Inggris bahasa Prancis gak ngerti, giliran gue kasih lihat langsung dari HP baru ngeh.
    atau karena gue aneh bgt mungkin ngejanya, hahaha.
    gue ke sana pas lagi sepi turis, jadi berasa banget Asianya diliatin orang di bus. tapi, gue suka Paris. tiap tahun ke sana juga mau—kalau punya duit sebrankas. 😛

  10. *melirik buku dan kamus pelajaran bahasa Perancis di rumah
    Aku mah demen ngoleksi aja kak, belajarnya atu naon mah. Sempat les bahasa Jepang biar bisa mengerti apa yang Miyabi omongi *eh bentar istighfar dulu, nuhun cuma ngelucu tapi jadi gak lucu ya? hehe* lesnya di lembaga bahasa gitu. Sayang, aku susah banget nangkep bahasa asing (apalagi nangkep sinyal dari para gadis).
    Dan emang, gak semua bule bisa bahasa Inggris. Itu, pasangan Rusia yang nginep di rumah lakinya gak bisa bahasa Inggris. Jadi kalo ngomong pake penerjemah (bininya) dari bahasa Palembang eh Inggris, trus ke bahasa Rusia. Ribet! *lalu takjub sama para poliglot

    1. Hahahahaha aku malah jadi ngakak baca komenmu, Om!! Amazing lah itu pasangan Rusiaaaaa. Hihihi.
      Eh Miyabi bukannya ngomongnya Kimochii kimochii doang? Hihi.

    1. *elus2 tembok*
      Hihihi. Nada bicara mereka memang (terdengar) lebih kasar. Tapi sebenarnya ya nada bicaranya aja. Hihi. Jalan2 aja gpp dooong walaupun blm bisa Bahasa Prancis. Karena ada bahasa yang lebih mumpuni dari itu. Bahasa…..
      Hati.
      Tsah elah!! :’))))

Leave a Reply