Gunung Api Purba

Dari awal tahun ini, saya nih amazing banget soal kabur-kaburan.
Jakarta banjir, saya sedang ada di Bali.
Jakarta macet, saya lagi jalan santai di Kuala Lumpur.
Jalanan banyak demo, saya menikmati gelato di Italia sudah duduk manis depan laptop di kantor.
Pokoknya diberkahi banget deh.

Kemudian saya ke Jogja.
Dan pas sampai Jogja, pas abu vulkanik dari Gunung Kelud melanda.
Hahahahaha.

Tapi tentunya, abu vulkanik tidak menghalangi saya untuk tetap mendaki Gunung Api Purba!!
Hiyak!! *pasang ikat kepala*

————————————————————————————————————

Gunung Api Purba (GAP) ada di Nglanggeran, Wonosari, Yogyakarta. Tingginya lebih kurang hanya 700 mdpl, tapi dari tinggi yang tidak terlalu tinggi ini kita bisa melihat pemandangan ciamik alam sekitarnya.

Untuk mencapai puncak GAP, kita bisa pergi dengan pemandu, atau juga tanpa pemandu. Treknya cukup jelas dan tidak terlalu sulit. Umumnya pendakian bisa ditempuh hanya dalam waktu satu jam. Saya? Tentu sajaaaaaaaa, satu setengah jam. Hihihi. Turunnya bisa ditempuh dalam waktu lebih cepat, sekitar 40-50menit. Saya? Tentu sajaaaaaaaaaa satu jam lebih. *teteup* *konsisten*

Saya naik dengan pemandu. Informasi kontak akan ada di bawah blogpost ini ya, eits tapi jangan langsung scroll ke bawah, ayo baca dulu sampai selesai!! BACA!!

Memasuki jalur pendakian GAP, semua akan biasa saja, nggak ada trek yang melelahkan-bikin-pengen-mengibarkan-bendera-putih; tapi lalu ada dua kali kita harus melewati jalur super sempit di antara dua batu besar. Super sempit sampai kemudian saya bersyukur saya nggak makan dua porsi gudeg malamnya. Kalau makan…..duile, kayaknya nyangkut tu perut. :p

Beberapa kali jalurnya juga landai jadi napas juga santai. Ikuti saran saya, kalau lagi capek dan kehabisan napas, sok-sok jalan cimit-cimit sambil lihat pemandangan kanan kiri saja. Lumayan buat atur napas. Hihihi. Kalau butuh waktu istirahat yang lama, sok-sok ambil foto pemandangan sana-sini. Jangan selfie, muka kehabisan napas itu kurang elok di-selfie-in. Pemandangan saja. Cukup. Kalau partner jalan kalian ganteng, jalan mindik-mindik sambil manja-manjaan saja. Itu bisa dipakai sebagai cara mengetahui apakah dia punya rasa sama kita atau enggak.

Kalau dia perhatian ‘Capek ya? Jalan pelan-pelan aja ya aku temenin.’ maka sudah pasti dia punya rasa (atau emang tukang PHP – selalu ada cara yang berbeda dalam melihat sesuatu). Kalau dia bilangnya ‘Kenapa sih? Adoh, makanya olah raga rutin biar kuat!’ maka dia punya rasa tapi masih nutupin rasa itu. Tenang, diasah aja *semacam pisau*. Kalau dia jawab ‘Ayo kek ah cepet! Lelet amat!’ maka dia ga ada rasa dan kalau pun saya salah, partner macam itu ga pantas dijadiin partner. Friendzone-in aja. Dan kalau saya, kemarin jalan sama partner saya Costa, dia sibuk menggulung handuk dan memecut saya dari belakang sambil bilang ‘Come on Bulan!! Come on!! Faster!!’ maka itu namanya nasip. :'(

Perjalanan kira-kira 20-30 menit, kita sampai di pos pertama. Dari pos pertama ini pemandangannya sudah ciamik. Sayang waktu itu udara lagi tidak terlalu bersih (ya, abu vulkanik, helloooow) jadi pemandangan juga tidak terlalu jernih. Lanjut jalan lagi, trek semakin berat (tapi nggak seberat cinta tak berbalas), ada masuk celah sempit, naik tangga kayu yang licin, dan dipecut partner dari belakang (tetep nasip). Lalu sampai di pos kedua. Di sini tebingnya lebih menjorok dan lebih luas jadi bisa jalan ke sana ke mari, lalu duduk sambil lihat pemandangan kece di bawah, lalu foto-fotoan.

Jalan lagi dan tidak lama kemudian sampai lah di kaki puncak GAP. Kalian harus naik tangga licin sekali lagi, dilanjut mindik-mindik naik batu menuju puncak sambil pegangan tangan. Pegangan tangan untuk alasan keselamatan. Bukan pegangan tangan jenis-jenis ~ sepanjang jalan kenangan, kita selalu bergandeng tangan ~ gitu. Sampai di atas, HUAAAAHHH!! Ini akika di Gunung Pyrenees atau gimana? *sahut Bulan, anak kicik yang belum pernah ke Gunung Pyrenees*

Tapi beneran, kece banget pemandangannya dari atas!! Hijau dengan beberapa gunung mencuat. Ada puncak lima jari di depan, ada persawahan, ada embung (kolam untuk cadangan air), dan ada aku dan kamu dan mas pemandu. Ah…… :’)

Saya duduk lumayan lama di puncak itu. Cuma diam melihat pemandangan dan bersyukur. Lalu ngobrol banyak hal. My kinda time banget.

Tapi semakin lama matahari semakin niat obral awal tahun, maka marilah turun. Panas. Hihihi. Jalan turunnya lebih mudah dan menyenangkan (yaiyalah) dan bisa menempuh jalur yang berbeda dari jalur mendaki. Sampai di bawah, istirahat sebentar lalu lanjut makan soto deh. Eh ini lucu banget deh, mas kontak saya tu Mas Sugeng Handoko (saya panggilnya Mas Handoko karena ‘Mas Sugeng’ mengacu ke mas kontak saya – nan manis dan sumringah – di Dieng), yang jemput saya dan Costa itu kakaknya Mas Handoko, yang jadi pemandu itu sepupunya (kalau nggak salah), dan yang membuatkan kami soto itu budenya. Huahahaha.

Berarti Mas Handoko itu wong sugih (orang kaya) ya, jangan-jangan seWonosari punya keluarga dia semua. Hihihi.

GAP memang belum seterkenal objek wisata lain di Yogyakarta. Dan saya mau menjalankan kapasitas saya sebagai ‘blogger bertanggungjawab’ dengan memberikan beberapa pesan di bawah ini:
1. Kalau bisa, naik dengan pemandu saja. Lebih aman dan nyaman, dan ada yang akan paparazzi motoin kalian. :p Selain itu, dengan pakai pemandu, menurut saya, pencatatan pendaki jadi lebih baik. Untuk keselamatan kalian juga. Saya nggak pernah respect sama pendaki yang dengan bangga bilang dia nggak mendaftar dan mendaki dari jalur liar sih. Kesombongan yang aneh menurut saya. Hehehe.
2. JANGAN MENINGGALKAN SAMPAH DI ATAS/SEPANJANG JALUR PENDAKIAN!! Gak akan bikin kalian encok hanya membawa seplastik sampah turun. Gantung saja di ransel. Pendaki yang bawa sampah turun itu ke-hot-annya naik 375% lho!!!
3. JANGAN CORET-CORET DI BATU!! Udah ada wadah gratis macam blog, coba deh corat-coret nulis-nulisnya di blog saja. Batunya biar tetap lestari. Seperti trio penyanyi itu. :’) Lagipula, punya blog bisa bikin kalian terkenal, sementara coretan di batu hanya bikin kalian terlihat kasian.
4. Jangan nawar paket perjalanan/pemandu dengan gila. Nawar boleh tapi jangan gila. Nawar secukupnya karena gila itu hanya milik Farh*at Abb*s saja.
😀

Demikian lah sedikit cerita dari Gunung Api Purba.

Ini kontak GAPnya ya:
Mas Handoko:
www.gunungapipurba.com
0818 0260 6050
FB: Sugeng Handoko Purba
Bilang aja temannya Mbak Bulan. Kalau ditanya yang mana, jawab, yang lucu kinyis-kinyis itu lhoooo. OKEH!!

Senyum dulu ah.. 🙂

Related Posts

4 Responses
  1. Nia Widyastuti

    Super banget ceritanya mba bulan, memang beautiful place dsna, melepas penat d jkt yg super duper bgt pdatnya, gk ada macet dsna, pemandangannya the best bgt, orang2nya welcome dan sangat ramah, makanany enak2, apalagi di embungnya romantis bgt mba klw mlm, sy sudah 3x ksna, kangen slalu utk berkunjung ke sana.

Leave a Reply