Tidak banyak saya temui tulisan tentang kota Hakodate yang ada di ujung selatan Perfektur Hokkaido ini, apalagi tentang objek wisata di Hakodate. Padahal saat saya ke Jepang dan berkeliling Osaka, Kyoto, Tokyo, Otaru, Higashi-Muroran, dan Hakodate, kota inilah yang jadi favorit saya. Kota pelabuhan yang memesona.
Untuk mencapai kota Hakodate, saya naik Ltd. Express Hokuto dari Higashi-Muroran. Kalau kalian mau cek bisa menggunakan moda transportasi apa menuju Hakodate, silakan cek di Hyperdia ya. Saya pakai situs ini untuk pengurusan seluruh transportasi menggunakan kereta selama di Jepang.
***
Kota Hakodate terasa lebih dingin dibanding Otaru dan Higashi-Muroran saat saya sampai di sana, untungnya, hotel yang saya pesan berlokasi tidak jauh dari stasiun, jadi tidak perlu berjalan lama di gigitan udara musim peralihan dingin ke semi yang rasanya di bawah sepuluh derajat itu.
“Temukan Four Points by Sheraton tepat di seberang pintu keluar Hakodate Station”, tulisan di kertas konfirmasi hotel.
WAH BULAN MENGINAP DI FOUR POINTS BY SHERATON?
Enggak, hotel itu hanyalah patokan arahnya saja. Hihihi.
Hotel yang saya inapi bernama Hotel New Ohte – berjarak tujuh belas langkah dari Four Points by Sheraton. Walaupun bentukannya standar, tapi kebersihannya cukup terjaga dan yang pasti lokasinya strategis untuk pecinta seafood seperti saya karena Hakodate Morning Market yang menyajikan produk seafood segar berada persis di seberangnya. Plus, Hotel New Ohte ini bisa dicapai berjalan kaki sebentar saja dari Hakodate Station. Soal lokasi penting nih secara saya bawa koper seberat berat badan saya pas PMS sedang melanda!
Tambah dua kilo dari biasanya lah.
Hakodate Morning Market
Hakodate Morning Market jadi tempat kongkow utama di pagi hari selama saya di Hakodate. Beragam makanan dan produk laut tersedia di pasar ini. Ada dua bagian pasar, bagian depan (yang menghadap Hotel New Ohte) adalah pasar modernnya, di bagian belakang ada pasar tradisionalnya.
Yang menarik, di bagian tengah pasar modern ada kolam berisi cumi hidup! Pengunjung yang ingin merasakan sensasi memancing cumi sendiri sebelum hasil pancingannya dibakar untuk dimakan (ya dimakan mentah juga bisa sih kalau nggak geli ada benda bertentakel uget-uget di dalam mulut), bisa membayar 500 yen untuk memancing dua cumi. Lima ratus yen sampai dapat dua cumi! Mau sejam kek, dua jam kek, terserah. Paling kalau sampai siang belum dapat, ibu penjaga kolamnya inisiatif menyerok cuminya saja biar cepat karena pasar keburu mau tutup. Hihihi.
Di lantai atas pasar modern di Hakodate Morning Market ini ada beberapa restoran yang mengolah produk seafood segar dari pasar bawah untuk dijadikan sushi, sashimi, atau don. Ada satu restoran yang menawarkan harga 500 yen untuk semua don-nya dan sebagai perempuan yang mencoba lekat pada bujet yang sudah dirancang, tentu saja saya suka sama restoran tipe begitu. Hihihi. Don-nya enak!! Segar sekali. Baru kali ini saya makan udang mentah dan ternyata rasanya manis dan lembut! Di Hakodate Morning Market juga saya merasakan cod roe dan suka meletusinnya – padahal dulu saya kira cod roe itu amis sekali. Hihihi.
Tapi pesona Hakodate tidak hanya Hakodate Morning Market. Ada juga Kanemori Red Brick Warehouse.
Kanemori Red Brick Warehouse
Komplek pergudangan Kanemori Red Brick Warehouse ini berada persis menghadap pelabuhan. Bangunan yang dulunya digunakan sebagai gudang kini berubah fungsi menjadi beberapa toko artsy dan juga kedai kopi. Di belakang Kanemori Red Brick Warehouse ada bangunan gudang lainnya dengan tampilan yang berbeda-beda. Komplek pergudangan di belakang Kanemori Red Brick Warehouse ini photogenic dan instagrammable loh. Bisa banget jalan keliling hanya untuk berfoto dengan latar pergudangan. Hihihi. #antimainstream
Motomachi Slopes
Jalan dengan kemiringan ekstrem yang bermula di kaki Gunung Hakodate dan mengarah langsung ke pelabuhan ini disebut slope. Tercatat ada sembilan belas slope di Hakodate, kesembilan belas slope ini dinamakan Motomachi Slopes. Di kanan kiri tiap slope ada berbagai macam bangunan mulai dari rumah tinggal, gereja, hingga kafe. Pemandangan ke arah pelabuhan dari titik tertinggi slope memang cantik sekali, tapi berdiri di tengah jalan untuk mengabadikannya sungguh sangat tidak disarankan karena jalan itu masih dipakai untuk lalu lalang kendaraan. Kalau mau duduk melihat pemandangan, bisa dari tangga teras balai kotanya saja.
Old Public Hall (Balai Kota Lama)
Bangunan tua yang dulu digunakan sebagai balai kota ini berada di ujung atas salah satu slope. Berada di ketinggian dan menghadap langsung ke pelabuhan, di depan Old Public Hall ini ada banyak undakan tangga yang bisa dipakai duduk santai melihat pemandangan. Saya sempat duduk di sana dan menghabiskan waktu melihat pemandangan pelabuhan sambil diam dan berpikir tentang tabungan yang semakin lama kok semakin menipis.
Bangunan Old Public Hall ini bisa dimasuki sebenarnya, tapi entah kenapa perasaan saya kurang enak sama bangunan ini (apalagi pas melihatnya di malam hari, ya ampun, seperti ada yang memandangiku dari atas sana..hihihi) jadi saya nggak masuk.
Tapi kalau kalian ke Hakodate, masuk saja. Jangan percaya sama perasaan saya. Saya saja kadang nggak percaya sama perasaan saya sendiri kok.
Apalagi kalau berkaitan dengan cinta.
Goryokaku Park
Walaupun kota pelabuhan, tapi seperti kota besar lainnya di dunia selain Jakarta, Hakodate punya taman besar di tengah kota yang bernama Goryokaku Park. Taman ini unik karena bentuknya seperti bintang. Bentuk bintang ini bisa dilihat dengan jelas dari atas Goryokaku Tower yang ada di tengah taman. Penampilan taman ini berubah sesuai musim, kalau lagi musim dingin semua putih karena tertutup salju, kalau musim semi jadi merah muda karena cherry blossom, kalau lagi musim gugur berwarna jingga dari autumn foliage dan kalau lagi sayang-sayangnya, please jangan minta putus di tengah jalan.
Eh.
Sebentar.
Kita lagi membicarakan apa tadi?
Mount Hakodate Observatory
Hal yang harus dilakukan di Hakodate adalah juga pergi ke Mount Hakodate Observatory. Pemandangan dari Mount Hakodate Observatory ini memang sungguh huwaw jadi bayar harga naik kereta gantung sebesar 1280 yen (bolak balik) pun saya rela dan ikhlas! Masih terhitung oke juga sih tu harganya soalnya. Hehehe.
Datanglah ke sana saat matahari hampir terbenam, jadi bisa dapat dapat dua pemandangan sekaligus: pemandangan saat keadaan masih terang dengan semburat kuning jingga dari matahari di arah sebelah kiri dan pemandangan saat keadaan sudah gelap saat lampu-lampu mulai menari menyemarakkan langit yang pekat. Pemandangan dari Mount Hakodate Observatory ini mendapatkan tiga bintang (predikat tertinggi) dalam Michelin Green Guide Japon; dan memang, saya pribadi merekomendasikan naik ke Mount Hakodate Observatory ini untuk siapapun yang berkunjung ke Hakodate.
Dan selain merekomendasikan Mount Hakodate Observatory, saya juga merekomendasikan diri saya sendiri untuk diajak ke Hakodate.
AHEM.
Setelah mata dan perut dipuaskan, ada satu lagi yang perlu dipuaskan yaitu hati. TSAH!! Di Hakodate ada beberapa tempat ibadah dan keagamaan untuk pemuas hati ini. Lahir batin terpenuhi yah. Alhamdulillah.
Dan kabar gembiranya, tidak semua tempat ibadah dan keagamaan yang ada di Hakodate adalah kuil, jadi nggak akan bosan deh! Hihihi.
Russian Orthodox Church
Bangunan keagamaan yang paling saya suka di Hakodate adalah Russian Orthodox Church (Hakodate Orthodox Church). Bagian luarnya sebenarnya biasa saja, tapi bagian dalamnya, walaupun kecil tapi cantik! Altarnya bergaya baroque yang megah tapi juga terlihat misterius dan agak sedikit horor. Pas saya melihat altarnya, saya sempat bergumam dalam hati, “Rusia banget nih, ala-ala vampir” tapi lalu baru sadar, eh bagaimana deh? Kok Rusia diasosiasikan sama vampir? Vampir kan dari Romania ya, bukan Rusia. Hihihi.
Motomachi Roman Catholic Church
Tepat di seberang Russian Orthodox Church, ada sebuah gereja katolik, Motomachi Roman Catholic Church namanya. Bangunannya biasa saja, tipikal gereja katolik lah, dan nggak boleh foto-foto di dalamnya. Tapi tempatnya jadi pas banget untuk istirahat dari kebisingan dan duduk tenang tenteram dalam diam memikirkan kehidupan dan mantan pacar.
Untuk yang masih belum bosan datang ke kuil, di Hakodate juga ada beberapa kuil. Ada Hakodate Hachimangu, Yukura, Koryu-ji, dan Jitsugyo-ji tapi itu semua nggak ada yang saya kunjungi jadi saya nggak bisa cerita tentang kuil-kuil itu. Hihihi.
Trappistine Convent
Tempat ini menarik. Pertama kali googling cari tahu, saya dapat nama tempat wisata yang bernama Torapisuchinu Monastery. Dari namanya dan lokasi negaranya, saya kira ini biara Buddhist dong ya. Sudah lah naik bus dan perjalanan jauh ke sana, ternyata sampai sana, ini adalah biara Katolik! Hihihi.
Nama yang benarnya ternyata Trappistine Convent. Bangunan Trappistine Convent ini bagus dan areanya luas. Sayangnya, banyak akses area yang ditutup, dan sepanjang di sana, saya tidak bertemu satu suster pun karena mereka tinggal di area yang aksesnya tertutup itu tadi. Hiks. Biar nggak sedih sudah jauh-jauh ke Trappistine Convent tapi nggak bisa curhat tentang kehidupan percintaan sama suster (yang kemungkinan besar membuat suster memutar mata sambil berkata, “Haduh.. Perempuan ini..”), jadilah saya beli biskuit bikinan suster sana saja. Comfort food, they say. 😛
***
Itu dia beberapa objek wisata di Hakodate yang bisa saya rekomendasikan di tulisan ini. Semoga menggugah hati pembaca sekalian untuk mengunjungi kota pelabuhan yang memesona ini ya. After all, Jepang tidak hanya Osaka, Kyoto, dan Tokyo saja kan. CAILAH. Hihihi..
Senyum dulu ah.. 🙂
OMG ambiance di Hakodate beda banget yah sama Kyoto, Osaka dan Kobe sekalipun. Tadinya aku pikir bakalan sebelas dua belas sama Kobe secara kota pelabuhan juga kan tuh, tapi bangunan-bangunannya gayanya beda. Btw kakbul, Hokuto itu bukan JR ya? tapi ke sini bisa pake JR kan ya? jadi bisa sekalian pake JR pass gitu kak? omooo musti banget ke Hakodate, eh katanya manhole di Hakodate juga banyak yg lucu-lucu kayak di Kyoto Osaka yaa?
Manholenya lucuuuu. Berwarna pula. Ada fotonya tp nggak aku masukkan di sini Mei. Hehehe.
Hokuto tu JR setau aku. Aku pakai JR Passnya kok.
Seru juga mancing cumi dalam pasar. Pasti dapat ya Kak, secara cuminya banyak. Apa lagi kalau dibiarin lapar..
Tulisannya keren banget mbak Bulan. Jadi serasa ikutan jalan-jalan 🙂
Terima kasih Mbak Eviii.. Cuminya lumayan lah. Mungkin dapat mungkin enggak sih. Aku takut cuminya ngeluarin tintanya malah. Hihihi.
Sok cobaaaaa..
Slopenya punya view keren yaaa. Btw penasaran sm kolam cumi. Kek kolam2 di timezone gitu? Yang mancing ikan2an hihihi
Iyaaaa. Hahahaha. Eh di Timezone bukannya kolamnya digital? Kalau ini beneran cuminya Kak, nggak digital gitu. Hihihi.
Beberapa kali membaca tulisan kaka tentang Jepang, membuat aku ingin mencoba kembali ke sini, padahal pernah sekali aku menjelajah kota di Jepang dan aku tidak terlalu tertarik, tapi apa karena yang aku kunjungi terlalu mainstream, sedangkan daerah yang kakak kunjungi menarik sekali
kota pelabuhan kayak gini nih enak banget. pengen makan ikan segar muluk. hehe. 🙂
Enak gimana Dlieeeen? Hihihi.
fix masukin Hakodate ke itinerary tahun depan. Eh kak tapi ini perginya bulan apa ya? kalo Februari awal gitu lagi dingin/salju banget ya?
Dingin banget Ditaaaa!! Aku kemarin pergi di April aja masih duingin buanget. Hanya sehari doang yang di paginya 12 derajat tapi sorenya drop ke 5 derajat lagi. ?
Hakodate ini menarik ya. Jarang-jarang ada kota di Jepang yang punya bangunan tua bergaya Eropa, dari gaya Rusia sampai Romawi. Daaaaaannn favorit gue adalah Motomachi Slope. Ya Tuhan kayaknya tiap hari liat itu juga nggak akan bosen!
Hahahaha. Aku suka pelabuhannya malah, kalau nggak dingin, duduk-duduk di pinggirnya aja udah bahagia beneeerr.. Sama Hakodate Morning Market tentunya. Seafood can’t never go wrong lah. Hihihi.
Pertama kalinya saya mampir ke blog ini, dan langsung berasa diajak jalan jalan di Hakodate. Enak banget ya kalo punya kota pelabuhan yg menawan gitu mba?
Hai Mbak Melan, salam kenal. Terima kasih sudah mampir.
Hakodate emang favorit lah Mbak. Kota pelabuhan tapi nggak bau amis dan pemandangannya mengesankan sekali.
Mba bulaaaaaan, kamu merusak itin yg udah aku susun wkwkwkwkwk :p. Feb kemarin aku ke jepang, tp cm ke beberapa kota dari tengah ke selatan. Kayak kanazawa, tokyo, takayama, osaka, kyoto, kobe, hiroshima, miyajima, kuwana. Nah thn depan mau ksana lagi, pas winter. Hokkaido aku masukin kali ini, tp cm sapporo, trs nanti planningnya turun sampe nagasaki, mau liat museum bom atom yg di sana. Tp gara2 baca ini aku galau wkwkwkwkw..
Kok jd pgn jelajah hokkaido doang yak hahahaha…
Ahahahaha. Pas winter gila2an lho Hokkaido dinginnya.
Eh pas ke Hiroshima udah ke museum bom atomnya juga?