Beberapa pertanyaan masuk berkaitan dengan itinerary saya di Selandia Baru. Saya pikir daripada saya capek jawab satu-satu, mending saya buat satu tulisan saja itinerary New Zealand – South Island selama 9 hari di sini.
*siapin keripik gih, tulisan ini agak panjang*
- Hari 1: Jakarta – Christchurch
- Hari 2: Christchurch – Lake Tekapo – Twizel
- Hari 3: Twizel – Aoraki National Park – Lake Pukaki – Twizel
- Hari 4: Twizel – Lake Wanaka – Queenstown – Arrowtown
- Hari 5: Arrowtown – Milford Sound – Arrowtown
- Hari 6: Arrowtown – Franz Josef
- Hari 7: Franz Josef – Hokitika – Christchurch
- Hari 8: Christchurch City Tour
- Hari 9: Christchurch – Jakarta
Hari 1: Christchurch
Kami mendarat di Christchurch.
Apakah mendarat di kota terpadat di Pulau Selatan New Zealand ini yang paling baik? Ya ndak tahu. Kami mendarat sana karena dapat tiket promonya ke sana. Hihi.
Setelah mendarat dan foto-foto sebentar, saya hubungi GoRentals untuk minta pick-up. Selesai mengurus pengambilan mobil, kami pun langsung menuju penginapan kami untuk malam pertama yaitu YMCA. Hujan turun rintik-rintik dan awet gak udah udah. 🙁 Sore itu saya dan Mama hanya main ke Cathedral Square dan Christchurch Botanic Garden (yang posisinya di seberang YMCA, hihi) lalu beli cadangan kudapan ke Pak’n Save dan beli makan malam di Afghan Restaurant. Selebihnya, kami istirahat (lama euy perjalanan) dan memberikan waktu tubuh menyesuaikan diri dengan suhu baru.
> Sewa mobil dari Christchurch: Kalau masih takut kagok menyetir, saya sarankan memulai perjalanan menyetir di South Island dari Christchurch alih-alih Queenstown. Christchurch tu lebih tenang dan lalu lintasnya tidak terlalu penuh. Queenstown, on the other hand, itu sibuk sekali. Padahal populasi Queenstown jauh di bawah Christchurch. Mau keluar pom bensin di Queenstown saja ada kali saya nunggu jalan kosong sampai 8 menit. Hihi.
> Cathedral Square: Lokasi alun-alun ini di tengah kota Christchurch. Di Cathedral Square ini ada Gereja Cathedral (yaiyalah) yang beberapa sisinya rubuh terkena gempa bumi di tahun 2011 dan masih belum selesai direnovasi. Di sekitar Cathedral Square ini banyak otoped listrik mejeng. Otoped listrik ini jadi pilihan warga Christchurch yang mau jalan-jalan dalam jarak dekat. Kayak GrabWheels lah ini.
> Christchurch Botanic Garden: Taman yang dibuka sejak tahun 1863 ini besar sekali, 21 hektar! Di dalamnya ada Curator’s House (yang juga jadi restoran), kebun herba, kebun mawar, air mancur, dan rumah kaca. Kalau mau jalan santai di Christchurch Botanic Garden tu bisa banget, saya dan Mama melakukan itu. Tapi kalau mau tahu sejarah taman botanik ini, ada guided tour (berbayar) yang bisa diikuti. Kalau beli Christchurch Pass, pass itu sudah termasuk guided tour Christchurch Botanic Garden ini.
> Pak’n Save: Ini hypermarket besar asli Kiwi. Taglinenya: New Zealand’s Lowest Food Prices. Recommended sekali untuk stock up cadangan makanan selama roadtrip.
> Afghan Restaurant: untuk yang suka kari dan kebab, restoran ini RECOMMENDED BANGET! Di sini, nggak ada menu, pokoknya makanan dijual per paket. Satu paket berisi nasi basmati, kebab ayam dan domba (defaultnya dua itu, tapi kalau bilang hanya mau kebab domba atau kebab ayam saja ya bisa), ayam kari, dan salad. Porsinya besar! Saya makan berdua Mama bahkan bisa untuk dua kali makan.
Hari 2: Christchurch – Lake Tekapo – Twizel
Kami mulai roadtrip ke luar kota di hari kedua ini. Tujuan pertama adalah Lake Tekapo. Puji Tuhan cuaca menjadi sedikit lebih cerah dan tidak hujan lagi saat kami sampai di Tekapo. Kami menghabiskan hampir 5 jam di Lake Tekapo; main di danau, menikmati pemandangan, makan siang di Our Dog Friday, dan mengunjungi Church of The Good Shepherd. Sore harinya, kami didera hujan lagi, suhu langsung turun dan dingin menggigit sekali rasanya omagah saatnya ciao! Hihihi. Kami pun menuju ke kota selanjutnya, Twizel, dan langsung ngendon di penginapan, mencari kehangatan. Wkwkwk.
> Lake Tekapo: Cantik sekali danau ini. Latarnya pegunungan dengan puncak yang bersalju, airnya berwarna toska dan tenang. Duduk-duduk doang di pinggir Lake Tekapo ni sudah menyenangkan bagi saya (anaknya mudah dibahagiakan memang wkwk). Kalau kuat dingin dan senang foto galaksi, jangan lupa berfoto di sini di malam hari. Saat cerah, pasti caem dapat bintang bertaburan.
> Church of The Good Shepherd: Gereja kecil berdinding batu yang sudah ada dari tahun 1935 ini adalah gereja dengan pemandangan latar altar termanis bagi saya. Di dalamnya tidak boleh memotret tapi kalau mau lihat foto bagian dalamnya bisa ke situs gerejanya di sini ya. Gereja ini masih berfungsi sampai sekarang.
> Our Dog Friday: Restoran ini jadi satu-satunya restoran yang buka hari itu dan kami nggak mau pergi jauh dari danau Tekapo untuk makan jadi makanlah kami di Our Dog Friday. Makanannya nggak spesial tapi not bad at all. Kami pesan salad dan burger dengan ‘grass-fed New Zealand’s sheep’ kituh tulisannya. Hihi. Seperti biasa, semua makanan kami bagi dua karena porsinya cukup besar.
> Twizel: Kota ini menjadi base kami selama dua malam. Saya nggak mau menginap di Lake Tekapo karena merasa di sana nggak ada apa-apa selain danau, gereja, observatorium, dan hot spring. Tidak menyesal menjadikan Twizel sebagai base karena lokasinya tidak terlalu jauh dari Lake Tekapo (40 menit perjalanan), dekat ke taman nasional tujuan kami selanjutnya, kotanya tenang dan penginapan kami dekat supermarket FourSquare juga. Yeeehaaaa.
Hari 3: Twizel – Aoraki National Park (Mount Cook) – Lake Pukaki – Twizel
Rencananya mau berangkat pagi jam 8, tapi apa mau dikata, siapnya jam 9 ya sudah berangkat jam 9 lah. Hahaha. Asyiknya nggak ikut tour dan menyetir sendiri di New Zealand: bisa santai. Hihi. Hari ketiga ini kami dedikasikan untuk trekking di Mount Cook National Park (atau dalam bahasa Kiwi: Aoraki). Di Aoraki National Park, kami mengambil jalur Hookers Valley Track. Trek kami selesaikan selama 3,5 jam – sudah termasuk bersantai lumayan lama di Hookers Lake. Selesai dari Aoraki, kami stop by Lake Pukaki Lookout dan karena katanya belum ke Pukaki kalau belum makan salmonnya, maka kami ke High Country Salmon lah sebelum kembali ke penginapan.
> Aoraki National Park (Mount Cook National Park): trekking di Aoraki ini adalah highlight perjalanan ke New Zealand kali ini bagi saya. Cuacanya menyenangkan (jangan lupa cek weather forecast ya saat membuat rencana perjalanan), pemandangannya wow, treknya jelas, Mama bahagia, saya ikut bahagia, semua berbahagia.
> Lake Pukaki Lookout: Kalau dari Aoraki ke arah Twizel, lookout ini ada di kiri jalan, agak sedikit naik ke bukit gitu posisinya. Dari lookout ini, pengunjung juga bisa jalan ke bawah ke danaunya, tapi Mama tidak mau (sudah lelah trekking juga mungkin), jadi kami hanya menikmati pemandangan dari viewpoint saja. Lake Pukaki ini besar sekali! Dan airnya berwarna biru gelap mengahanyutkan. Konon, di danau ini banyak sekali ikan salmon. Hihi.
> High Country Salmon: Tempat ini adalah peternakan salmon yang berada di Wairepo Arm (bagian dari Lake Ruataniwha) di Jalan Twizel – Omarama. Di High Country Salmon ini, selain bisa makan masakan berbasis salmon (YAIYALAH), pengunjung juga bisa memberi makan salmon. Saat kami datang, dapurnya sudah tutup (sudah jam 17 memang) tapi kami masih bisa makan salmon sashimi dan bento box yang ada. ENAK BANGET SEGAR SASHIMINYA ya ampun saya dikasih large platternya juga bisa kali saya habisin sendiri. Hihihi. Enaaa~
[quads id=4]
Hari 4: Twizel – The Wrinkly Rams Omarama – Lindis Pass Viewpoint – Lake Wanaka (#ThatWanakaTree) – Queenstown – Arrowtown
Di pagi hari, kami sempatkan ke The Wrinkly Rams Omarama lalu lanjut ke Lake Wanaka melewati Lindis Pass Viewpoint. Berhenti dulu untuk foto dan istirahat di Lindis Pass Viewpoint, rencananya, tapi suhu dingin sekali (4 derajat C) dan angin berhembus kencang jadi yang ada gigi kami gemeretuk dan kami cepat-cepat kembali ke mobil saja. Hahaha.
Sampai di Lake Wanaka, kami jalan kaki melihat #ThatWanakaTree dan setelah itu beli makan di Snack Shack Turkish Kebab untuk kembali lagi ke danau, makan di mobil menghadap danau. Caelah. Hahaha. Perjalanan dilanjutkan ke Queenstown untuk naik gondola (dan isi bensin), setelah itu kami ke penginapan di Arrowtown.
> The Wrinkly Rams Omarama: The Wrinkly Rams ini sebenarnya peternakan domba gitu yang kemudian dikembangkan jadi punya restoran, toko, dan pertunjukan pencukuran bulu domba. Jangan lupa telepon dulu sebelum ke sana kalau tujuannya HANYA mau lihat proses pencukuran bulu domba ya karena pertunjukannya tidak setiap hari ada.
> Lindis Pass Viewpoint: Setelah menempuh jalur berkelok-kelok Lindis Pass, istirahat lah sebentar di viewpointnya. Ada dua viewpoint di satu area ini, yang pertama naik bukit rendah dan satunya naik agak tinggi.
> Lake Wanaka (#ThatWanakaTree): Melewati area Lake Wanaka, saya langsung suka kota Wanaka. Kecil, hangat (auranya gitu, bukan suhunya), hidup, dan jadi kayak melting pot orang berbagai bangsa tumpah di sana. Sejujurnya kalau #ThatWanakaTree-nya sih saya biasa saja melihatnya, not impressed; mungkin karena air sedang surut jadi magisnya pohon ini tak terlihat ya. Hihi. Tapi danaunya cukup menyenangkan dan bisa jadi tempat asyik duduk-duduk santai beristirahat gitu.
> Snack Shack Turkish Kebab: Ini RECOMMENDED juga. ENAK BANGET BANGET BANGET!! Saladnya enak, kebabnya enak (lebih enak yang domba menurut saya, dibanding yang ayam), dan pakai sauce BBQ + (Spicy/Mild) Chili deh. Beuuuuh NTAPH!!
> Queenstown: Memasuki Queenstown, saya bersyukur saya nggak pesan penginapan di kota ini. Hihihi. Saya nggak begitu suka Queenstown, terlalu ramai dan kota banget gitu. Kami ke Queenstown just because kami mau naik gondola hahaha. Ada gondola juga sih di Christchurch tapi untuk awal, saya hanya beli tiket gondola yang di Queenstown. Eh setelah naik yang di Queenstown, Mama bahkan tidak tertarik naik yang di Christchurch. Hihi.
> Arrowtown: Saya memilih menginap di kota kecil ini dan menjadikannya base selama 2 malam. Nggak banyak yang bisa saya ceritakan tentang kota ini karena yang saya lakukan di Arrowtown hanya menginap dan ke supermarket Foursquare. Wkwkwk.
Hari 5: Arrowtown – Milford Sound – The Chasm – Mirror Lake – Arrowtown
Hari ini didedikasikan untuk Milford Sound! Kami berangkat saat hari masih gelap karena perhitungannya, dari Queenstown sampai Milford Sound tu amannya spare waktu 5 jam. Saya sudah book cruise pukul 10 so that pushed us to depart from Arrowtown at 5 in the morning at the latest. Selesai dari Milford Sound, dalam perjalanan pulang, stop by The Chasm dan Mirror Lake dulu sambil istirahat. Hehehe.
> Milford Sound: Perjalanan panjang ke Milford Sound terbayar lunas dengan pemandangan indah di depan mata. Saya memutuskan book GoOrange Cruise. Kapal GoOrange bagus sekali, ada kafenya jadi bisa pesan makan kalau lapar saat cruise, dan pesertanya pun dibatasi (di cruise kami nggak sampai 30 orang kayaknya) jadi kapal nggak terlalu penuh, masih banyak space untuk bergerak dan pilih tempat nongkrong kesukaan. Hihi.
> The Chasm: Ada beberapa tempat wisata lain di jalan menuju Milford Sound, salah satunya adalah The Chasm. Di The Chasm ini ada sungai di mana dinding sungainya bolong-bolong. Bolong-bolong ini karena terkikis kerikil yang berputar terdorong aliran air saat masuk ke celuk. Di The Chasm juga kami bisa melihat burung Kea yang GEDE BANGET yampun montok sekayi. Hihi.
> Mirror Lake: Kalau ini sih tak sengaja berkunjungnya karena saya salah mengerti danau mana yang sebenarnya kami tuju. Wkwk. Yang mau kami kunjungi (ternyata) namanya Lake Gunn tapi karena efek air di danau itu seperti cermin, saya kira yang dimaksud itu namanya Mirror Lake. Jadilah kami lurus terus nggak berhenti di Lake Gunn (walaupun pas lewat sempat bilang, “Kayaknya itu deh, Ma..” wkwk) dan berhenti di Mirror Lake yang mana, “Ha? Efek mirrornya di mana sih?” Hahaha. Eh tapi, di Mirror Lake Mama sempat berujar, “Eh, Masnya ganteng banget.” ngomenin cowok yang baru keluar mobil, mobilnya parkir di belakang mobil kami. Masnya berperawakan tinggi besar, agak botak, sendirian, dan membawa tripod besar. Saya suka ngakak kalau Mama berkomentar cowok ganteng. Ngakak sambil introspeksi diri, pantesan Mama nggak pernah komen pacar saya ganteng ya…
Hari 6: Arrowtown – Cardrona Hotel – Lake Hawea – Blue Pools – Franz Josef
Hari ini kami bergerak kembali ke utara. Di pagi hari, saya sempat membaca pesan saran tempat yang bisa dikunjungi otw ke Franz Josef dari host AirBnB. Salah satunya adalah Cardrona Hotel. Lucu banget saya baru cerita ke Mama, “Ma, kata host di Franz Josef, nanti kita lewat Cardrona Hotel dan itu jadi tempat yang dia saranin LHO INI HOTELNYA MA!!” Sreset, saya langsung melipir. Wkwkwk. Untung nggak ada mobil yang dekat di belakang. >.< Dari Cardrona Hotel, kami sempat berhenti di Lake Hawea Lookout, Blue Pools, dan sebuah peternakan salmon, tapi sudah tutup. 🙁 Padahal lapar. Berhenti juga di Fox Glacier tapi karena jam check in di Franz Josef hanya sampai sore akhirnya kami nggak ke Lake Mathesonnya dan langsung ciao Franz Josef saja.
Cardrona Hotel: Di websitenya, Cardrona Hotel ini ditulis sebagai “One of New Zealand’s Oldest and Most Iconic Hotels” dan memang berkunjung ke Cardrona ini seperti dibawa kembali ke masa lalu. Restorannya CAKEP BANGET ala-ala bar koboy gitu. Karena cuaca lagi indah dan hangat (ya 9 derajat terhitung hangat lah wong biasanya kami dihempas 0-4 derajat hihi), saya dan Mama memilih minum di beer gardennya. Saya bilang sama Mama, next time kami ke South Island New Zealand lagi, saya mau kami menginap di Cardrona Hotel!! Mama mengiyakan. Hihuw!
> Lake Hawea: Lookoutnya santai di pinggir jalan saja cuma naik bukit kecil mak sreset, tekan! Hihihi. Lake Hawea cantik mendayu, tapi karena kami sudah melihat Lake Tekapo dan Lake Pukaki sebelumnya (serta Lake Wanaka), Lake Hawea jadi kurang greget. Nyam nyam..
> Blue Pools: Blue Pools ini masuk area Mount Aspiring National Park. Lokasinya masuknya persis di pinggir jalan (ya kalau di tengah, ketabrak dong). Jalan kaki masuk 30 menit saja sampai ke jembatan untuk melihat Blue Poolsnya. <3
> Franz Josef: kota kecil nan remote ini juga cukup menyenangkan. Cukup hidup; ada SPBU, rumah warga, penginapan, restoran, dan supermarket. Tapi nggak fancy karena semua yang saya sebutkan di atas masing-masing hanya ada satu saja dan benaran kotanya kecil! Hihihi.
Hari 7: Franz Josef – Franz Josef Glacier – Hokitika – Christchurch
Pagi-pagi, kami langsung menuju Franz Josef Glacier dan trekking lagi untuk melihat gletsernya. Dari Franz Josef Glacier, kami langsung menuju Hokitika, berhenti makan sebentar di Priya Indian Restaurant lalu melanjutkan perjalanan lagi ke Christchurch. Sampai di Christchurch, taruh koper di penginapan dan kami ke Pak’n Save lagi untuk stock up makanan lalu mengembalikan mobil ke depot GoRentals.
> Franz Josef Glacier: Kalau sempat melihat Franz Josef Glacier (atau Fox Glacier) sekarang, lihatlah sekarang, karena diperkirakan, tidak lama lagi keduanya akan hilang tergerus global warming dan meningkatnya populasi manusia. 🙁
> Priya Indian Restaurant dan Hokitika: Makanannya enaaaaak! Bhaiyanya ramah dan tempatnya pun berlokasi di Hokitika City Center. Hokitika ini juga kota kecil yang menyenangkan. Tengah kotanya berisi toko-toko dengan tampilan vintage. Next time datang lagi, saya mau menginap semalam dua malam di Hokitika ah..
[quads id=4]
Hari 8: Christchurch City Tour – Madame Woo Malaysia Street Hawker Restaurant
Mobil sewaan sudah dikembalikan jadi saya dan Mama jalan kaki saja seharian ini. Beruntung penginapan kami di Christchurch kali ini dekat juga dari tengah kota jadi jalan ke mana-mana pun santai.
Christchurch City Tour: City tour bisa dilakukan dengan naik tram tua. Tramnya sungguh menarik karena berbeda-beda warna dan bentuknya. Di setiap tram, pengemudinya sekalian menjelaskan gedung atau jalan yang dilewati. Kalau bertemu pengemudia yang cara menjelaskannya menarik, perjalanan jadi asyik sekali. Tapi kalau enggak, ya sudah turun saja ganti tram lain. Hahaha. Kami juga punting di Sungai Avon. Punting ini naik gondola (kayak di Venice) tapi di New Zealand disebutnya punting karena kalau gondola itu mengacu ke cable car. Hehehe. Kami juga jalan ke Hagley Park, duduk-duduk santai di pinggir sungai Avon, makan nasi lemak (wkwk) di Madame Woo, naik tram lagi dan kelilingan saja suka-suka. Hihi. Tumben banget saya dan Mama nggak ke museum-museum ni. 😀
> Madame Woo Malaysia Street Hawker Restaurant: Beruntung banget sempat melihat sekilas restoran ini jadi bisa makan di sini deh. Kami pesan nasi lemak dan dumpling; duduk di luar di teras menghadap Bridge of Remembrance. Syahdu…
Hari 9: Pulang!!
Pesawat kami ke Sydney dijadwalkan terbang pukul 06.55 pagi yawla berangkat dari penginapan pagi buta dah. Wkwk.
Lumayan ya ini tulisan 2500an kata. Sudah saya usahakan nggak bertele-tele tapi ya namanya itinerary hari per hari ya jadinya lumayan panjang. Hehehe. Semoga membantu untuk yang mau explore South Island New Zealand ya! Toodles!
Senyum dulu ah.. 🙂
DALAM PERJALANAN INI:
Pesawat: Qantas.
Tiket atraksi (cruise di Milford Sound, naik gondola di Queenstown): Klook
Penginapan: YMCA (booked via Booking.com) dan AirBnB
Sewa mobil: GoRentals
Suka banget baca itin seperti ini, jadi ada referensi kalo berkunjung ke sana
Kak, itu difoto gak keliatan banyak orang kecuali di avon river, apa emang sesepi itu yak?
Di Christchurch itu itungannya udah ramai loh. Yang di kota lainnya lebih sepi lagi. Hihi. Perrbandingan di New Zealand: domba ada 40 juta ekor, manusia ada 4 juta orang. Nah begitu deh jadi memang lebih sering melihat domba dibanding manusia. Hahaha.
Impianku banget ini bisa jalan berdua sama ibuk. Yang ke Eropa kemarin hampir aja ibuk ikut, tapi pas denger naik pesawat belasan jam, langsung keder haha.
Itin ini agak beda dengan itin jalan-jalan ke NZ yang aku baca sebelum ini. Jadi tahu ntar kalo beneran bisa ke NZ nyontek itinnya di sini sajah haha
Aaaaakk.. Terima kasih sudah baca, Yayaaan. Semoga kalau ke NZ, Ibuk mau diajak!!
Halo Kak Bulan, salam kenal ya.
Aku mau tanya, kan katanya di Twitter total km nya 2000an, itu habis biaya berapa ya kak? Aku sih nanti cuman 1500an di South Island, tp lumayan buat perbandingan hehe
Halo, kami kemarin abis sekitar 18 juta untuk 2073 km itu. 18 juta itu untuk berdua ya: sewa mobil, bensin, penginapan, dan makan. Hope it helps. 🙂
Aduh maaf banget aku lupa nulis, maksudnya biaya bensinnya aja kak. Berapa ya?
aku masukin dulu beberapa utk referensiku nyusun itin :D. ga sabaaar banget pgn ke NZ bareng kluarga ini.. kalo temenku yg udh kesana, pada bilang, ini negara bikin ketagihan daripada jepang hahahaha.. aku mau buktiin. krn selama ini negara yg bisa bikin aku bolak balik cuma jepang :p
Hahaha negara yang bikin aku bolak balik India dan Korea Selatan malah. :)) Selamat asyik-asyikan menyusun itinerary! Hihi.
mudah mudahan ada rezeki ke NZ. Udah lama juga pingin kesana mudah mudahan,
Saya bantu aminkan. Amiiiin….
Hi mBa, itinerary mba bikin saya semangat untuk nyusun trip ke NZ, karena jumlah harinya sama dengan yang saya rencanakan yaitu 9 H , saya rencanabulan may 2020. Rencana itinerary sama persis sama seperti mba, hanya di hari ke 7 , rencananya dari Queenstown langsung ke christchurch ( mungkin mampir sebentar di omarama ). Apa boleh saya tanya2 via email mba? mengenai trip mba? Terima Kasih. selvi
Halo mba, sangat membantu sekali tulisannya untuk saya planning ke NZ di 2021.
Kalau boleh tahu, kira-kira harga tiket yang tergolong normal ke Christichurch berapa ya?
Apakah lebih murah naik Qantas, SQ, atau Air NZ?
Thanks hehe.
Halo Mas Billy, maafkan baru membalas. Saya kurang tahu kisaran yang dianggap normal tu berapa ya Mas. Harga tiket saya kemarin 7,6juta PP naik Qantas, considering itu dibeli pas promo jadi saya rasa itu harga ‘terjangkau’nya ya? Nggak pernah bandingin harga gitu saya tu kalau beli tiket maafkan kurang membantu huhu.
Hi Kak Bulan,
Selama perjalanan untuk GPS-nya, apakah sewa tersendiri atau mengandalkan GPS dari hape?
Terima kasih sebelumnya
Mengandalkan GPS dari HP, Kak. Hehehe.