“Aku cuma mau ke Djawatan aja, belum ada rencana lain hahaha. Apa aku ke Ijen aja ya tanggal 11 pagi? Atau kamu ada ide lain? Ke mana lagi ya, Mas? Maaf aku mbingungi. Hihihi.” Pertanyaan dan pernyataan saya berondongkan ke Mas Alan – teman blogger yang dikenalkan online oleh Aji.
Saya dan Mas Alan belum pernah bertemu kala itu, dan awalnya, saya ragu mau menghubungi Mas Alan karena nganu.. ummm.. kok kayaknya Mas Alan ni anak alim banget ya. Hahaha. Saya agak takut dan awkward sama orang alim banget gitu, Guys. >.<
Banyuwangi adalah kota kedua yang saya datangi di solo trip Jawa Timur saya awal tahun 2019 ini. Benaran ke Banyuwangi tu hanya mau ke Djawatan saja setelah melihat foto tempat ini di instagram. Haha. Milenial receh banget ya.
Tapi setelah saya menghabiskan tiga hari di Banyuwangi, saya baru sadar kota ini … menyenangkan sekali ya.
Mendaki Kawah Ijen dan melihat Blue Fire
Siapa yang tidak tahu Kawah Ijen dan Blue Firenya. Taman Wisata Alam Kawah Ijen ini bisa dimasuki via dua kabupaten: Bondowoso dan Banyuwangi. Yang masuk via Banyuwangi, mulainya di Paltuding.
Saya sudah pernah menuliskan tentang pengalaman saya ke Kawah Ijen sama Ojek Wisata Banyuwangi. Saya kasih tautannya di bawah ya. Bisa langsung dibaca nanti setelah selesai baca ini, #moonapproved apalagi untuk solo traveler. 😉
Makan siang di Rumah Makan Pondok Indah
Who would’ve thought ada rumah makan sekece ini di Banyuwangi. Hahaha. Baca reviewnya, saya pikir ya rumah makan ini hanyalah restoran yang just-so-happen berada di tengah kebun saja gitu. Eh pas masuk, saya langsung terpana dong!! Laff banget. <3
Ada beberapa bagian tempat makan di beberapa bagian kebun. Keseluruhan tempat terasa adem dan hijau segar. Pohon-pohonnya besar dan rindang. Ini kayak backyard orang kaya aja gitu cuma dibuka untuk umum. Hahaha. Waktu saya dan dua dayang-dayang datang, hanya kami bertiga loh pengunjungnya. Entah memang sepi, entah orang Banyuwangi nggak suka makan di restoran, entah banyak yang belum tahu ada rumah makan ini, atau entah lagi jamnya sepi saja tapi doa saya, semoga rumah makan Pondok Indah ini bisa bertahan lama. Makanannya cukup enak lho. Saya makan Nasi Tempong Wader pas di sana. Porsinya besar dan sambalnya pedas, tapi gpp, saya biasa menghadapi lambe netizen yang ratusan kali lebih pedas jadi pedasnya sambal rumah makan Pondok Indah Banyuwangi ini masih bisa saya handle dengan huh hah huh hah saja. Wkwk.
Berendam santai di air terjun Jagier
Ada beberapa tempat wisata alam di sekitar Lereng Ijen, air terjun Jagier salah satunya. Ada tiga air terjun di dalam kawasan air terjun Jagier ini dan air terjun yang tengah (kedua) itu yang paling terkenal karena dinding tebingnya dipenuhi tanaman jadi tampilan air terjun keseluruhannya terlihat unik.
Di air terjun Jagier, ada kolamnya juga dan pengunjung bebas berendam santai. Bayangkan habis mendaki ke Kawah Ijen kemudian berendam di dinginnya air terjun Jagier sambil santai mikirin negara aduh aduh, mantul, Guys!
Foto-foto di Hutan Trembesi Djawatan Benculuk
Nggak nyesal banget menaruh tempat ini jadi tujuan utama saya ke Banyuwangi karena memang pas saya sampai, saya langsung yang WHOAAAA terpana gitu melihat pohon-pohon trembesi SUPER TINGGI dan BESAR dengan tanaman paku menutupi sebagian besar batangnya. Somehow, seperti supertree di Gardens by The Bay Singapura tapi ini versi asli, hidup, dan banyak!! Hihihi.
Senang sekali juga ke sini sama Mas Alan yang adalah orang hutan (orang Hutan ya, Geng, bukan orangutan wkwk) jadi sambil jalan sambil dia cerita pohon ini, pohon itu, tanaman ini, tanaman itu, sekalian sejarah Djawatannya.
Djawatan ini dulunya milik KAI (kalau nggak salah ingat ceritanya), lalu kemudian beralih kepemilikan ke Perhutani dan dijadikan tempat menaruh kayu-kayu jati berkualitas. Sekarang, dengan potensi wisata yang lebih menghasilkan daripada hanya sekadar jadi tempat menaruh kayu, oleh Perhutani dibukalah untuk umum dan tempat menaruh kayu jatinya dipindah (ini juga karena di tahun 1970 ada penjarahan kayu jati besar-besaran di tempat ini jadi baiknya memang dipindah ya naruh kayunya).
Tips ke Djawatan Benculuk:
- Kalau akan datang di akhir pekan, datang di pagi hari atau malah sore sekalian. Sabtu pagi tu anak-anak masih sekolah, jadi Djawatan nggak akan terlalu ramai. Sore hari menuju sunset tu indah karena akan ada sinar menembus pepohonan jadi suasana dan pemandangannya caem benar. <3 But still, datang ke tempat wisata di hari kerja is still the best. Wkwkwk.
- Pakai losion anti nyamuk. Djawatan Benculuk tu ‘hutan’ ya, Guys, jadi banyak nyamuk (serta binatang kecil-kecil terbang lainnya sewajarnya di hutan gitu). Kalau nggak mau pakai losion anti nyamuk, bisa juga persiapan pakai baju lengan panjang, celana panjang, serta hijab panjang sekalian. Sekalian hijrah. Eaaaaa..
- Pakai sepatu yang nyaman dan tertutup. Jalan di dalam hutan tu tanah dan walaupun sebagian besar tanahnya keras dan dikasih batu-batu untuk kenyamanan pengunjung, tapi ada beberapa bagian hutan yang tanahnya mblenyek kena air hujan (misalnya) dan ada beberapa genangan air juga. Paling nyaman pakai sneakers atau boots atau sepatu gunung gitu. Bagian kaki nggak cakep gpp karena apa guna cakep kalau nggak bisa bikin nyaman kan. EH.
- Jangan buang sampah sembarangan. << ini bukan tips dan ini berlaku bukan hanya untuk di Djawatan Benculuk. Ini hanyalah hal termudah yang manusia bisa lakukan tapi kadang suka pada lupa atau nggak sadar jadi ya saya kasih tahu aja lagi di sini. Maaf, cuma sekadar mengingatkan.
Main di sungai air terjun Telunjuk Raung
Air terjun Telunjuk Raung ada di kaki gunung Raung (yaiyalah). Untuk mencapai air terjun ini, jalannya agak unik karena biasanya kalau ke air terjun tu tangganya turun, pas balik baru naik. Nah kalau ke air terjun Telunjuk Raung ini lengkap naik turun naik turun di satu kali perjalanan. Hihihi. Dari parkiran harus naik tangga dulu. Di ujung tangga naik, pemandangannya aduhai indah sekali. Tebing coklat yang tinggi terlihat kokoh melindungi sungai dengan arus yang deras di bawah. Deretan sawah selada air menemani liukan sungai hingga sejauh mata memandang. Segar sekali melihatnya. Mata saya suka!
Setelah tangga naik selesai didaki, mulai lah tangga turun ditapaki. Selesai menuruni tangga, saya dan Mas Alan jalan lagi menyusuri sungai sampai bertemu kolam pertama. Kolam pertama ini tidak terlalu luas dan (sepertinya) agak dalam. Sumber airnya adalah dari sungai di atasnya (sungainya itu ya lanjutan dari air terjunnya). Kata Mas Alan, orang biasa berenang di situ tapi saya kok ragu. Saya mau lihat air terjunnya langsung! Kami skip lah kolam pertama dan jalan lagi menuju air terjunnya. Air terjun Telunjuk Raung ini wah wah wah, tinggi dan deras sekali airnya. Di bawah air terjunnya ada kolam dan di balik air terjunnya (kata Mas Alan) ada gua. Perasaan saya agak serrr serrrr jadi saya nggak berani terlalu dekat dengan air terjunnya. Wkwk. Saya main di sungainya saja. Air di sungainya dingin sekali dan arusnya deras juga, harus hati-hati mendaratkan kaki. Salah pijak bisa jatuh, terseret arus, atau yang paling awal: kejeduk batu. :/
Kembali ke parkiran? Jalan kaki lagi, naik tangga lagi, turun tangga lagi. Hihihi. MANTAP!! Tidak sempat berolahraga saat liburan ke Banyuwangi? Jangan kawatir, air terjun Telunjuk Raung tersedia untuk memenuhi kebutuhan olahraga Anda. *pijat-pijat betis*
Makan Nasi Tempong di tengah Kebun Duren
Nasi Tempong adalah makanan khas Banyuwangi yang terdiri dari nasi putih, sayuran rebus, tempe/bakwan jagung, jambal goreng, dan pilihan lauk misalnya wader, ikan nila, atau ayam goreng. Favorit saya tentu wader goreng! Hehehe.
Saya diajak makan di sebuah rumah makan di tengah kebun. Kebun bukan sembarang kebun, ini kebun duren! Haha.
Eh, duren benaran ya. Bukan yang singkatan..
:/
Selain berada di tengah kebun duren, rumah makan yang saya dan Mas Alan datangi ini punya kolam renang alami. Dan saat kami datang, nggak berapa lama setelahnya, grup pengunjung yang datang sebelumnya pulang jadi HALELUYA itu satu rumah makan termasuk kolamnya menjadi milik kami berdua aja! Hihihi. Lama banget di sana ngobrolin kehidupan (aelah) sambil duduk santai di ban donat menikmati semilir angin dan melihat pepohonan. Lalu nambah pesan bakwan jagung dan teh hangat. Baru pulang pas cuaca macam sudah mau hujan. Hihihi. Alhamdulillah. Life’s good.
Jajan-jajan di Kampung Osing
Hari itu hari terakhir saya di Banyuwangi, pukul 09.00 saya akan naik kereta menuju Surabaya. Saya pikir pagi itu waktunya mepet nggak mungkin sempat ke mana-mana atau ngapa-ngapain eh Mas Alan malah kasih ide paginya ke Kampung Osing dulu. Hahaha.
Kampung Osing atau Desa Wisata Osing Kemiren adalah sebuah desa yang didiami Suku Osing (atau Laros – Lare Osing), suku asli Banyuwangi. Di Kampung Osing, ada sebuah jalan kecil yang kalau hari Minggu pagi, ditutup untuk kendaraan bermotor. Ke sana lah kami pergi pagi itu.
Di jalan itu, warga Kampung Osing menjajakan beberapa makanan lokal di depan rumah masing-masing. Makannya bagaimana? Ya sambil jalan oke, diam berdiri di pojokan boleh, masuk ke halaman rumah warga yang memang dijadikan tempat pengunjung untuk makan pun dipersilakan. Bermacam makanan tersedia, mulai yang sering saya lihat kayak clorot, mendoan, soto, opor, hingga yang baru saya tahu seperti dodol gula kelapa dan sego cawuk. Kami makan sego cawuk pagi itu, rasanya, beuh, ENAK GENG!! Saya cocok deh sama makanan Banyuwangi nih, enak-enak semua saya rasa. Wkwkwk.
Banyuwangi tu in a way, kayak Jawa tapi bukan Jawa, Bali tapi bukan Bali gitu rasanya. Kalau mendengar orang Banyuwangi berbicara bahasa daerahnya, saya kadang merasa nggak relate karena nggak paham; padahal masih sepulau ya. Hihihi. Jalan-jalan keliling Indonesia tu suka bikin sadar negara ini benar besar dan kaya budaya. Mau balik lagi ke Banyuwangi? YA MAU LAH!!! Mau nonton pagelaran tari Gandrung, belajar tarian itu juga. Mau bermalam di Taman Nasional Alas Purwo, nyoba makan botok tawon, pecel pitik, ayam kesrut. Mau main air di Pulau Tabuhan, belajar selancar di G-land, menikmati pemandangan Bajulmati, banyak maunya pokoknya mau balik lagi ke Banyuwangi! Tinggal lamaan kalau perlu. Hahaha.
Senyum dulu ah.. 🙂
BACA JUGA:
- Ke Ijen Bersama Ojek Wisata Banyuwangi
- Tiga Jajanan Pasar Atom Surabaya
- Perjalanan Ke dan Dari Baluran
4 thoughts on “Jalan-jalan ke Banyuwangi”
Mbak, padahal aku juga kayanya alim banget lho. kok gak takut atau awkward?
ah banyuwangi ini udah beberapa kali juga masih mau balik lagi. libur lebaran ini sempet pengen ke sana, tapi tiket keretanya sudah susaaaaah. tiket berangkatnya dapet, tiket baliknya gak dapet.
batal deh
Maaf, kalau self-proclaimed alim tu nggak keitung. Nggak aci. Demikian..
mbak bantu donk info penginapan sama biaya yang dikeluarkan soalnya bulan depan mau ke banyuwangi
” sendiri” butuh panduan lengkap hihihi,
btw makasih mba infonya membantu sekali ini
Halo Mbak, untuk penginapan, aku pesan via Booking dot com, nama penginapannya: La Belle Vie Homestay.
Untuk biaya yang dikeluarkan, sayangnya aku nggak pernah catat hehehe. Selamat jalan-jalan yaaaa…