Ini adalah cerita tentang salah satu acara dalam pernikahan yang saya bela-belain datang menempuh jarak 7.976 kilometer jauhnya!! Dibela-belain banget kan! Padahal ada undangan nikahan ke Kemang saja saya mangkir. Huikikik. *guys, guys please jangan marah aku nggak datang ke nikahan kalian, percayalah, doaku menyertaimu, guys..* :p
Saya datang niat ke India untuk menghadiri undangan pernikahan Deepika. Siapakah Deepika? Nah ini ada cerita tersendiri. Saya bahkan belum pernah bertemu dengan Deepika sebelumnya. Yang saya kenal adalah kakaknya Deepika, Sandeep namanya. Kenal Sandeep di mana? DI NEPAL!! Huahahahaha. Panjang ya!
Alkisah pas ke Nepal dulu, saya dan teman-teman Princess and The Frogs bertemu dengan Sandeep ketika kami sedang ngos-ngosan dorong sepeda menuju gardu pandang Nagarkot. Kami ngos-ngosan naik (sambil dorong sepeda), Sandeep melenggang turun. Kami sempat tanya jawab sebentar soal apakah bumi itu bulat atau datar dan gardu pandangnya masih jauh atau dekat tapi trus sudah. Eh tak dinyana tak diduga, kami bertemu lagi dengan Sandeep di bawah setelah turun ngebut menaiki si sepeda yang tak berfaedah itu. Cerita ngos-ngosannya dorong sepeda ada di >> Bike Riding in Nagarkot Nepal << baca juga ya. Makin tak dinyana tak diduga ketika saya sendirian keliling Kathmandu di hari terakhir perjalanan, lha bisa-bisanya bertemu lagi dengan Sandeep di jalan. Akhirnya jalan bareng keliling Kathmandu. Sejak itu, tukaran akun Facebook dan nomor ponsel dan kami beberapa kali ngobrol via Whatsapp. Sandeep memang cerita adiknya mau nikah dan dia sudah niat mau undang saya dan saya harus datang. Saya sih iya-iyain saja, saya kira becanda. Siapalah Incess Ikan ini yekan, hanyalah butilan Adem Tali sebelum diaduk delapan belas kali..
EH TAPI TERNYATA DIA SERIUS, SAUDARA-SAUDARA!!
Benaran diundang!!
Hahahahaha… Mamam!!
Pas terima undangannya, saya pikir mungkin ini jalannya saya untuk kembali ke India, jadi diberitahukan jam 20.00, eh nggak tahu gimana masa jam 21.30an tiket sudah dibeli. Hihihihi. Berangkatlah saya. Arre!!
Pernikahan India yang tradisional dan lengkap biasanya memakan waktu empat hingga tujuh hari. Saya sih jujur saja sama Sandeep dari awal, nggak mungkin saya hadir selama tujuh hari; untungnya pernikahan Deepika dengan Sandeep (YOI, suaminya Deepika namanya Sandeep juga. Hahaha!) termasuk yang sederhana dengan Bharat Ceremony. Dihitung dari acara adatnya, ya kira-kira tiga hari lah saya full ikut dalam perhelatan cinta ini.
Malam pertama saya datang, Sandeep minta saya makan bersama keluarganya. Oh nggak masalah lah, sama papa mamanya saja paling – pikir saya. Eh di tengah jalan dia keceplos sudah ada puluhan orang yang tinggal di rumahnya dan makan malam yang dimaksud termasuk dengan mereka (paman, bibi, adik, kakak, engkong, enyak, babe semuanya lah).
Saya langsung mengkerut!! Baru sampai, capek, masih keriting, doh.. Nggak siap. Akhrnya saya tolak permintaan dia. Hahaha. Cemen abis! Untung Sandeepnya nggak apa-apa.
Besok paginya diajak makan pagi bareng (masih sama keluarganya), saya tolak lagi karena harus urus SIM Card. Siangnya diajak lagi, saya tolak lagi karena belum pulang. Malamnya, nah barulah saya nggak ada alasan untuk menolak. Hihihi. Untungnya di malam kedua itu adalah acara Sangeet atau Mehendi Night. Jadi saya pikir semua orang pasti akan sibuk dengan acara adatnya dan sibuk sapa-sapa dan ngobrol sesama tamu, saya bisa ngendon saja di pojokan sambil makan chapatti dan ngeliatin orang-orang deh. Hihihi.
Namun makan chapatti di pojokan hanyalah mimpi belaka. Acara dimulai pukul 21.00 eh Sandeep yang terhormat menjemput saya pukul 22.30. Acara sih masih ramai, namun jam segitu semua orang sudah kenal-kenalan dan sapa-sapaan ke yang lain sehingga ketika saya datang DHUARR fokus semua mata memandang sapa nih perempuan kicik berkulit terang pakai anarkali suit caem banget jalan bareng Sandeep?
AH ELAH!! *mamam tu chapatti impian!!*
Saya pun kenalan dengan banyak keluarganya Sandeep. Kesan pertama: Ini keluarga India pertama yang sangat ramah yang pernah saya temui. Bahasa Inggrisnya bagus, mamanya Sandeep walaupun tidak berbahasa Inggris dengan baik tapi ramah sekali sama saya. Sekeluarga senang jalan-jalan jadi pikirannya cukup terbuka, banyak senyum dan nggak ada yang nyinyirin perempuan kicik pendatang ini. Well, atau mungkin ada namun mereka berbicara dalam Bahasa Hindi yang saya nggak tahu dan mereka tetap senyum di wajahnya maka peduli apa? Hihihi.
Setelah berkenalan dengan keluarga sekampung halaman, tiba-tiba tangan saya ditarik ke deck hitam di pojok ruangan. Beneran ada decknya? IYA!
Jadi pas masuk di area acara, di sebelah kanan ada platform (kayak palet kayu) gitu berwarna hitam yang disusun rapat jadi deck joget. Di belakang deck ada apa? Ada DJ yang memainkan musik semalam suntuk. Sang DJ ini berhasil menghidupkan suasana malam dengan musik yang nggak ada ujungnya. Di kiri kanan DJ ada speaker dan sub-woofer gede-gede. Suara? Menggelegar!! Suara gubenur lagi marah-marah saja sih kalah!! Hihi.
“Come dance!” kata Aditi.
HAH? SEBENTAR..
APAH??
“Everyone (who) comes to Mehendi Night must dance. Every guest!”, lanjut Aditi lagi. Sahabatnya Deepika yang hangat sekali menyapa saya.
Saya mulai keringat dingin. Saya nggak suka joget diliatin orang. Apalagi di tempat terbuka macam itu. Aduh kalau nanti keserimpet bagaimana? Bawa nama negara nih karena pas dikenalkan kalimatnya “This is Bee, Sandeep’s friend from Indonesia”. Duh, jangan sampai nama Indonesia buruk karena saya nggak oke jogetnya.
“No.. Nooo.. I can’t dance.” sahut saya sambil menggeliat-geliatkan badan ingin melepaskan diri dari cengkeraman Aditi.
“You should. Everybody dance! Come on. Don’t be shy.” kata Priyanka – sahabatnya Deepika juga.
MAK.. PIYE IKI?!
Deepika pun ikut angguk-angguk meminta saya joget, keberadaan Sandeep tidak membantu. Pun tante-tantenya yang mulai senyum-senyum lihat saya.
Wah lao!
Sekeras apapun saya menolak, tetap saja mereka lebih keras meminta dan mengajak. Pada akhirnya saya pasrah. Kalau menolak juga akan jadi kurang sopan.
Teman-temannya Deepika yang sudah dikenalkan ke saya mulai membentuk lingkaran, saya ada di lingkaran yang sama, Deepika juga. Dan kami mulai berputar sambil joget. Kami memutar terus dan nggak bisa berhenti karena seperti yang saya bilang, musiknya juga nggak berhenti-berhenti. Gayanya dari tangan menghentak di depan dada sampai diangkat ke atas ala pemain Bollywood. Dari kaki melangkah satu kecil-kecil ke kanan sampai agak meloncat kecil mengikuti irama dan hentakan lagu. Pakai ada putar badan segala. Jangan lupa gerakan tarik layangan pun saya praktikkan. Juga gerakan mengempiskan ban. Leher bebek, lakukan juga! Semua lah!! Sandeep sempat ikut masuk lingkaran dan mengayun tangannya memutar dari belakang ke depan diikuti kaki yang juga menghentak seirama. Nggak lupa badannya joget kiri kanan sambil kepalanya digoyangkan. Just for the record, badannya Sandeep tu tinggi besar. Mungkin tiga kalinya saya. Jadi bayangkan laki-laki sebesar itu bisa joget selincah itu. Saya saja sampai terpukau! Hahaha.
Selama joget, saya baru menyadari bagaimana budaya joget itu sudah jadi bagian tak terpisahkan untuk orang India. Nggak peduli badannya sebesar apa, sekecil apa, pakai baju apa, agamanya apa, etnisnya apa, makan buburnya diaduk atau nggak diaduk, kalau sudah ada musik dan mereka joget, itu kayak trans semua. Lincah dan sesuai irama.
Di beberapa detik awal saya canggung banget. Mencoba mengikuti gaya mereka sambil terus senyum rikuh malu. Tapi satu menit berlalu dan suasana jadi cair sekali, saya bisa mulai joget sesuka hati saya. Menikmati musik dan gerak tubuh. Beberapa puluh menit kami joget, saya merasa melayang. Mungkin seperti itu rasanya trans. Kayak melayang aja gitu, badan terasa enteng sekali, dan semua pikiran di kepala menguap. Yang ada cuma menikmati waktu. Dan saya menikmatinya banget-banget!
Saya berhenti setelah kira-kira 30 menitan joget. Ditarik Sandeep karena mau dipakaikan mehendi. Sandeep sempat berbicara dalam Bahasa Hindi ke Mas-mas yang membuatkan mehendi saya. Saya nggak tahu apa yang diomongin tapi mehendi saya cantik sekali. Full satu tangan bagian dalam. Baru sadar mehendi saya berbeda dengan banyak teman Deepika lainnya yang hanya bunga satu melungker atau tribal kecil. Mehendi saya penuh. Hahaha. Suka banget lihat tangan saya pas sudah bermehendi. Canchik.
Jam 02.00 saya diantar pulang ke penginapan. Heits banget nggak sih di Jakarta atau Kuala Lumpur nggak pernah pulang malam, kok ya di India pulang pagi. Hihihi. Tapi jangan sedih, itu belum seberapa pagi. Tunggu post saya tentang hari pernikahannya Deepika dan cek jam berapa saya pulang!
Untung sudah nggak perawan. Jadi nggak bisa dibilang “Duh anak perawan kok pulang pagi..”
Hihihi.
Senyum dulu ah.. 🙂
Aaaaaaa seruuuu 😀 😀 sambil nyengir nyengir bacanyaaaaa! lanjuuut
Ahahahaha. Timaacih sudah baca, Tashaaaa..
Iiih kak bulan kece abis
Coba jogetnya pake joget Indonesia semacam goyang ngebor atau bebek nungging kak ! *Dilempar sepatu*
Hanjir aku ngakak baca bebek nunggiiing.. Hahahaha..
Sayangnya aku gak bisa goyang ngebor. Goyang gergaji masih oke laaaah. Hihihi.
ngebayangin jogetnya hahaha
Hihihi.. Cuw yah cuw yah!! Hihihi.
hahahaha … pake lap handuk nggak?
Ha?? Kagak laaaaaah. Eh emang apaan joget pake lap handuk? Hihi.
kan kringetan kk, 30 menit trans 😉
Huakakakakak. Aku kira srg ada scene di film kalau mereka joget pakai handuk yang aku gak tauuuu.
Keringetan si. Tapi karena musim dingin jadi gak mesti handukan. Cuma pulang-pulang mandi ajah. Hihihi.