Kelelahan di Vietnam

Saya tdk pernah resistant terhadap suatu tempat yang akan saya kunjungi. Tapi permulaan dari perjalanan saya menuju ke Viet Nam memang sudah agak sedikit menyebalkan. Apa yang menyebalkan, biar saya Tuhan dan mamiu yang tau, ini di luar kuasa saya dan orang yang membuat tingkat sebal saya meningkat itu jg tdk menyadari apa yang telah diperbuatnya, maka mari diamkan saja. :)Kami sampai sekitar jam delapan malam, berfoto dulu sebentar lalu langsung mengambil taksi untuk ciao ke hotel. Suasana berbeda. Saya tdk merasakan semangat itu. Entah kenapa. Padahal bandara terminal pelabuhan dermaga atau stasiun adalah tempat2 yang selalu membuat saya mempunyai semangat baru. Tapi ini tdk. Semua terasa biasa saja. Sekali lagi, saya seperti mengawang. Berusaha tetap tersenyum dan meresapi sekeliling bahwa saya diberi berkat Tuhan (sekali lagi) utk melihat kuasaNya, dan saya gagal. Saya seperti kehilangan sesuatu. Entah apa. Mungkin semangat. 🙁

Perjalanan bandara menuju hotel lebih kurang ditempuh dalam waktu empat puluh lima menit. Empat puluh lima menit yang agak menyesakkan. Supir taksi menyetir dengan kasar, klakson dibunyikan berkali-kali, dan clearly, pemandangan di luar persis mengingatkan saya akan Mangga Besar. Padat, riuh, berisik. Huff. Berkali-kali kami hanya mengucap “Astagfirullaaaah..” setiap kali taksi berbelok dengan tiba2 lalu mengerem dan membunyikan klakson. Untung teman2 masih bs membuat saya senang, kalau sendirian mungkin saya sdh berdehem lalu berkata “Tuhan, kembalikan saya ke Macau..” Hehehe..
Beberapa belokkan dan dari Mangga Besar saya diajak ke kota Jogja. Semua persis. Trotoar yang besar berwarna merah, dinding putih kusam entah memagari apa di baliknya, dan beberapa penjual makanan dan minuman di sepanjang trotoar itu. Pembeli duduk santai dengan kursi2 kecil. Ah, angkringan. Yang membedakan hanyalah suara klakson yang bertubi-tubi memekakkan telinga, dengan supir yang tdk bs berbahasa Inggris, maka saya hanya bs berucap “Astagfirullaaaah..”
Sampai di hotel, mengambil ransel di bagasi dan supir meminta uang. Lho, kami sudah membayar di kaunter di bandara. Uang apa lagi? Dengan cara menyetirnya yang sangat menyebalkan apa kami perlu memberinya tip? Kok ga rela ya. Hihihi. Dia memilin-milin tangannya meminta uang, saya menjawab santai “What for? We already paid at the airport.” Dia menggeleng dan berbicara bahasa Viet Nam. Saya bertahan, terus memborbardirnya dengan Bahasa Inggris. Hehehe. Sampai kemudian sekuriti hotel menjemput kami dan *Puji Tuhan* mereka bisa berbahasa Inggris. Mereka yang akhirnya mengatakan kami tdk usah membayar apa2 dan bahwa supir tadi meminta tip. Saya si cengengesan saja.
Mengurus ini itu di hotel lalu kami beranjak makan. Makan di sebuah resto Italia. Apakah namanya keItalia2an? Tidak, nama restonya Good Morning Vietnam.. Hahaha. Menurut loee?? :p Vegetable Soup, teh, dan beer. Saya kenyang semua kenyang semua senang mari pulang. 🙂

Kembali ke hotel, saya mandi sebentar lalu mencoba utk tdr. GAGAL. Teman sekamar saya mengorok dan ini selalu menjadi hambatan buat saya. Saya ingin deh bs tdr nyenyak gt walaupun teman sekamar mengorok, tapi saya tdk bs. Jadi saya hanya bolak balik bolak balik dan saat jam enam mereka bangun, saya baru tidur. Badan saya lelah luar biasa dan keadaan kamar hotel membuat saya malas sekali bangun. Teman2 sudah membuka tirai jendela dan memandang keluar dan saya masih mengumpulkan nyawa. Saya tahu saya harus langsung mandi biar segar, tapi badan ini rasanya beraaaat sekali diangkatnya. 🙁 Saya memaksakan diri karena jam delapan kami sudah ada janji dengan tur yang akan mengajak kami ke Cu Chi Tunnels.
Jam tujuh saya sdh siap, kami makan pagi. Mie yang saya santap mampu menaikkan sel2 darah saya ke otak, saya sdh lebih semangat. Jam delapan kurang kami menunggu dijemput di lobi. Dari yang tertawa, berfoto, tertawa lagi, sampai akhirnya semua capek menunggu. Lebih dari tiga puluh menit dan tur yang akan membawa kami tdk jg kunjung datang menjemput. Saya uda pengen nangis rasanya. Badan saya perlu istirahat, letih sekali. 🙁

Jam sembilan kurang akhirnya sang pemimpin tur datang, kami dengan bule2 lain berjalan beriringan menuju bis. Saya duduk paling depan. Mencoba memompa semangat saya lagi. Sedikit demi sedikit.
Bis ternyata masih berhenti di beberapa hotel lagi untuk menjemput. Saya uda pengen marah rasanya. Mana pula beberapa bule berjalan santai seperti merasa tdk ditunggui. Ya bukan salah mereka jg si, mungkin mereka jg sama ngga tahunya sama saya. Hihihi. Selesai menjemput, akhirnya bis berangkat.
At this very time, sungguh saya sangat tdk bs berkata “Senyum dulu ah.. :)”. Saya sudah terlalu lelah.. 🙁

Related Posts

6 Responses
  1. DinnaPutriAprila

    kok saya ikut ngerasain berat pundak ny bulan hari itu ya.. paling gak enak liburan gak semangat.. sometimes.. liburan sendirian itu yang paling kita butuhkan.. ternyata oh ternyata…

  2. Bulan

    so true mbak Din.. Ak belajar, ga lagi2 liburan dgn waktu mepet hanya 3hr 2malam gt. Gedabrukkan ksana kmari. Menyatukan tujuh kepala pun susah bukan main krn msg2 punya keinginan ksana kmari.. 🙂

Leave a Reply