Kenapa si kita sendirian?
Kita tidur di sana aja yuk..
Itu ucapan Iffa malam itu. Yang membuat saya – sekali dalam perjalanan ini – agak membentak Iffa singkat “Iffa diam!! Tidur sekarang!!”. Saat itu, Iffa tidak tahu apa yang sedang saya hadapi. Hiiii.. *njrit, merinding lagi mengingatnya doank..glek!!*
Tulisan ini tidak saya post ke Nescafe, tertutup oleh pengalaman lainnya dan memang saya resisted untuk menulis tentangnya. But I want to write it now!! To share with youuuu!! Ya kali masa ketakutan sendiriaaan??? :)))
Remember cerita mobil kami yang terperosok sampai akhirnya harus berbalik? Nah kejadian ini terjadi sebelumnya. Malam itu, dalam perjalanan kami ke Blangkajeren, jam sudah menunjukkan pukul 00.21, kami semua sudah kelelahan. Saya sudah muntah dua kali. Iffa sudah mau muntah tapi ngga bisa-bisa, Mas Tyo sudah mabok, Mas Darto dan Mas Once lah yang bertahan, itu pun bertahan dalam kepasrahan. Karena jalan seperti tak berujung gitu. 🙁 Bau mobil sudah ga jelas. Sudah tambah bau minyak kayu putih plus ini itu. Ancur lah perasaan pokoknya.. *menatap nanar ke balik jendela*
Saya duduk di depan. Tidur. At some point, karena guncangan yang begitu keras, saya jadi kebangun. Nah, pas saya bangun, apa yang saya liat? *beloooom, ini belom bagian klimaksnyaaaah*. Saya liat tulisan “Selamat datang di Desa Rikit Bukit Gaib” JRENG!!! Bayangin scenenya ya. Itu lampu mobil kekuningan nyorot ke arah tulisan yang berwarna hitam dengan latar putih, kanan kiri semak-semak tinggi, posisi mobil agak miring belok kiri, dan jalan tanah berbatu dan berlumpur. HUANJIIIIRRRR itu mirip banget scene-scene pas film horror Indonesia menggambarkan si aktor/aktrisnya masuk ke suatu desa yang nakutin gitu. Huaaaaaa… *eh, wait, not that I watch those movies ya, tapi yaaaa you know lah, kan sering ada trailernya..* *ga membantu ya?* *ya yauda deh..begitulah maksudnya ya* *WEK*
Saya bangun sebentar, kaget sama scene depan saya dan tulisannya, tiba-tiba jantung saya berdegup makin kencang dan saya akhirnya memutuskan untuuuuuukkkk……..lanjut tidur lagi aja. *antiklimaks* :)))
Nah sekitar 30menit kemudian, Mas Darto sudah mulai ga tahan tu. Akhirnya liat kiri kanan dan ada Polsek. Berhenti lah kami di sana. Berbicara dan ijin ini itu, akhirnya malam itu kami memutuskan untuk tidur di sana. Tempatnya ada dua. Ada di dalam Polseknya atau di musholla yang berjarak beberapa langkah di depan Polsek ini. Mas Darto bilang, yang laki-laki di dalam, yang perempuan di musholla. Saya sebenarnya agak bingung dengan pengaturan ini, karena kok perempuan yang di luaaaar??? Kan agak takuuuuttt.. Tapi saya coba positive thinking ya, polisi yang ada di dalam kan laki-laki semua, mungkin menurut Mas Darto ndak elok lah kalau perempuan di dalam, walaupun ga bareng sama bapak-bapak polisi itu, tapi bapak itu bisa melihat kami tidur. Okelah, diterimaaaaa.. Saya dan Iffa bawa ransel kami ke musholla dan saya nyapu mushollanya dulu.
Musholla ini kayaknya ga pernah dipake solat. Emang ada karpet solatnya tapi yasalam keadaannya kotor banget. Plus ada satu markas semut item di bawah tu karpet. Hiiii… Iffa udah mau ngambek aja, ga mau tidur di situ malam ini, but hey, ndak ada pilihan lain. Hihihihi. Saya pribadi perasaannya uda ga enak pas tau saya akan tidur di sana. Kanan dan kiri musholla ini ada jendela tak berkorden. Dan di luar jendela itu ada apa? YAK!! Ada pohon. Hihihi. Entah lah pohon apa itu. Saya yang uda ga enak feelingnya jadi menganjurkan kami untuk tidur di pojok yang menjauhi jendela ke arah pohon sebelah luar. Gelar matras, buka sleeping bag, uget-uget masuk, dan berusaha keras tidur tanpa melihat ke arah jendela. Iffa masih mengetik di BBnya, saya bilang “Fa, tiduuuurrr..”, “Iya sebentar” katanya. Tiba-tiba terdengar suara super keras kayak ada yang jatoh ke atap musholla ini. Jeng jeeeeng!!! Saya yang jantungnya meloncat pura-pura tetap santai karena kalau saya panik, Iffa bisa ikutan panik sambil teriak-teriak kali. Hihihi. Padahal ni jantung uda kembang kempis kembang kempis cepet banget!! HIH!!
Saya menengok ke kanan (ke jendela itu), mengintip sedikit dari balik hoodie sleeping bag saya. Dan apa yang saya liat??? *nah ini mau mulai klimaksnya ni, prepare yourself!!* Saya melihat ada bayangan putih dengan bentuk rambut hitam di pohon itu. Udah itu aja?? EJANGANSEDIIIIIHHHH!!!!! *anjrit, merinding lagi ni aduuuuh*. Itu bayangan lagi ngapain?? Lagi ngetok-ngetok jendela musholla aja loooooh!!! OH EM JI what theeee??? Huaaaaaaaa.. Mamaaaaaaaaaaaah.. Huaaaaaaaaa… Saya langsung nutup hoodie saya lagi. Kebat-kebit jaga jantung dan jaga kaki biar ga luncat dan lari. Dan di saat itulah Iffa bilang hal yang pertama saya tulis tadi. Dan kemudian itulah saat pertama kali saya bentak Iffa nyuruh dia tidur. Bentakkan karena saya sendiri paniiiikkk.. Huaaaa.. Itu apa tadi ngetok-ngetok haaaa?? Hiiiii… Tuhaaaaan…
Iffa, abis saya bentak, langsung uget-uget di dalam sleeping bag-nya, ndusel-ndusel saya. Gapapaaa, saya butuh ndusel-nduselmu Iff, just to make sure yang di sebelah saya adalah…….benar berwujud. Huaaaaa….
Hiiii..
Ih udah ah..
Udah ya ceritanya..
Ntar makin takut..
Udah ah..
Dadah..
Senyum dulu ah.. Hihihi..
Yaaah knapa lsg tutupan hoodie buy?
Kali aja dia mo nawarin “neeeeng, massaaaaaage….”
Hiiiyyyaaaaaahhhhhh :)))))
Eh, jangan ada kelanjutannyaaaa.. :))
:))
Penasaran sama kelanjutannya
Hahaha… Benci benci tapi rindu yaaaa.. :))
Jam sgini (note: stengah 4 pagi) iseng baca blogmu ini, Lan.. Dan langsung menyesal tak terhingga sepanjang masa.. Hanya memberi.. *lah jd nyanyi*
Eniwei.. Ada cerita yg lain yg belum diceritain juga? * kok jd nagih?*
Kaaaaak sumpah nyeremiiiin!!!
Huahahahaha. Kamu jadi baca, Sayang? LOL. Cini cini peyuk cini.. Uwuwuwuwu..
*siapsiapsebargosip*
Hahahahahaha.
saran aja nih dari saya,diamanapun kita berada sebaiknya kita beri salam dulu kepada “tuan rumah” karena kita sbg tamu hehehehe
5th
Yaaah, ghost nya koq “cuma” diceritain gengges sekali aja?!
#biasanya ghost iseng sampe pagi, hihihi
Duh makasih banyak sih kalau selama itu ya saya kabur aja ke dalam kantor polisinya. Hihihi.