Saya punya satu cerita kisah nyata (yaiyalah) tentang teman saya dan adiknya. This has been my fave. 🙂 Nama teman saya samarkan ya. Sebut saja kakaknya namanya Narita dan adiknya namanya Sasha.
Yang temenan duluan sama saya Naritanya. Dari pertemanan itu, saya mengetahui gaya hidup Narita yang nyerempet-nyerempet bahaya. Ngga ngga, dia ngga pake narkoba kok, cuma – ehem -, dia hanya pelaku – ehem – sex bebas. Apipiuuuuww!! Piuwiiit!! *hihihi* Dan kelakuannya emang dodol banget. Dari mulai tutumetutu (gee, kata ini keluar lagi..hahaha) sama pacarnya, sampai kemudian dia single dan mengiyakan ajakan tutumetutu orang di club lalu teman mainnya dan gongnya: seseorang tak dikenal yang ‘menawarnya’ di pinggir jalan. Pas dengar cerita yang itu, saya dan teman yang lain langsung speechless. Bengong aja gitu. Hihihi. *pentung Narita!!* Dia ga pernah gereja, dia selalu pulang pagi, dia ga peduli dia punya hutang sama teman, yang penting ajojing jalan terus. Dan iya, saya pake kata ajojing, silahkan salahkan Mbak Wulan yang menyebarkan virus penggunaan kata ini. :))))
Setelah kira-kira setaunan temenan sama Na, kemudian saya dikenalin sama Sasha, adiknya. Ya kenal biasa aja karena waktu itu kami nonton bareng. Kalau Sasha, kebalikan dari Na. Sasha ini walaupun juga ceriwis dan asyik, tapi tingkahnya lebih kalem dari Na. Rajin gereja, rajin doa, kerja dengan baik, ga nakal, dan yang pasti, bukan pelaku sex bebas. Hehehe. Saya malah curiga Sasha masih perawan deh. Uhuk. Lah emang kenapa? Gapapaaaa. Lalalala. Yeyeye. Kekekeke. *peace Sha*
Perbedaan lainnya, Narita diberkati pendapatan nominal yang luar biasa besar, sedangkan Sasha beneran pas-pasan. Ya ampun saat itu saya kerja jadi guru cuma ngajar enam jam per hari masa gajinya lebih besar dari dia yang kerja sebagai PR officer, kerja (more than) delapan jam per hari?? Plus lembur ga dibayar. Bagemana banget deh sedangkan yang dia PR-in itu tempat lifestyle aduhai dengan harga yang bikin saya kejep-kejep liatnya. Hihihi. Jomplang lah. Anyhoo, mereka saling sayang banget – Narita sama Sasha maksudnya, bukan Sasha sama tempat kerjanya. -___-
Kejomplangan itu kemudian berubah secara mendadak, dimulai dengan Narita yang tidak menjawab BBM saya secara cepat, kemudian ketika membalasnya, dia mengatakan maaf tadi ga bisa balas karena sedang kebaktian. JENG JENG!! *kilat menyambar* *saya ucap syukur* Lalu setelahnya, Na ga ngoyo clubbing tiap malam lagi, jadi berubah alim gitu, kegiatannya kerja dan kebaktian. Kerja dan kebaktian. Luar biasa sekali bukan!!
Usut punya usut, ternyata ada satu hal yang kemudian membuatnya kembali ‘meminta’ ke Tuhan. Hal itu adalah karena …………….. Sasha sakit dan hasil labnya HIV. JLEGER!!! Kalimatnya Na saat itu yang saya ingat adalah “Kalau gue yang kena, gue masih bisa terima Buy. Loe tau lah gaya hidup gue kayak apa. Tapi ini Sasha. Yang gue sendiri ga yakin dia pernah liat penis. Gimana coba tu?!” (Pardon for my language, tapi itu kata yang ilmiah lhoooo. Hehehe). Na terpukul banget. Sasha adiknya yang paling kecil, yang paling dia sayang, yang paling kalem dan ‘lurus’ hidupnya, and yet, dia dikatakan kena HIV. Bagemana lah itu hancurnya hatinya. Na bilang, masih mungkin ada perubahan, karena bisa dicek darahnya enam bulan lagi dan baru ketauan benar positif atau engga. Maka dia rajin ‘minta’ ke Tuhan, biar hasilnya negatif. Dia ga sanggup kalau adiknya sakit. Saat itu, terlihat sekali gimana Na sayang sama Sasha. Dia benar-benar berusaha segala cara untuk jaga Sasha.
Di tengah carut marut hatinya Na itu, lalu Na cerita, ada omongan tantenya (yang kemudian saya favoritin juga ni omongan). Omongannya adalah:
JELEGERRRR!!!
Saya langsung terdiam.
Somehow….
It’s true….
🙁
Saya langsung berpikir, apakah saya sudah jadi jalan pembuka bagi rejeki orang dengan baik ya? Atau saya malah menutupnya? Dulu, kalau doa, saya selalu HANYA mendoakan kepentingan saya sendiri. Untuk kesehatan saya, rejeki saya, kebaikan hidup saya. Tapi setelah tau omongan tantenya Na, saya jadi kepikir untuk juga mendoakan orang lain. Mamah, Papah, Bapak, Kak Ari, Mbak Citra, cicuw, luluw, tataw, pipiw, yaaaa orang-orang yang dekat sama saya lah.
Dan juga jadi ingat, dulu pas pertama ikut misa, saya sempat ngikik karena ada doa untuk Sri Paulus, doa untuk negara, doa untuk pemimpin, doa untuk ibu ini ibu itu anak ini anak itu, doa kelancaran UAN segala dimasukkin. Hihihi. It felt funny!! *maap ya Tuhan, saya ngikik* Tapi sekarang saya makin sadar, memang harusnya begitu ya. Pun, doa anak yang saleh, dalam Islam, adalah pembuka pintu ke surga bagi orangtuanya. Jadi, nambah beberapa detik dalam doa saya, semoga bisa melapangkan karpet merah orang-orang terdekat saya ke surga. Kalau belum surga di ‘sana’ ya surga dunia dulu. Hehehe. Dan moga-moga orang yang baca ini bisa kemudian ikut mendoakan orang-orang tersayangnya, supaya jadi pembuka rejeki. 🙂 Amin.
Jadi begitu lah ceritanya dear pembacah. Moga-moga berguna.
Kesempurnaan hanya milik Allah semata dan ketidaksempurnaan milik kita semua. Sampai bertemu kembali di Dorce Show show show!!! *akhirannya merusak suasana* Hihihi. *peace*
Senyum dulu ah.. 🙂