Saya sedang dalam misi. Misi mencari program Weekenders yang menyenangkan, tidak terlalu mahal, tidak jauh dari Jakarta, dan pastinya tidak perlu menghabiskan banyak hari. Maklum, sejak jadi pekerja kantoran, saya tidak lagi bisa bebas jalan-jalan kapan pun saya mau karena terikat jumlah cuti tahunan. Hihihi.
Pak Mirza Djalil, seorang lelaki dengan kepala licin dan telinga bertindik menyapa dan meminta kami mengisi buku tamu. Untuk datang ke museum ini memang harus reservasi dulu. Museum hanya dibuka hari Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu dengan dua jadwal kunjungan per harinya yaitu 09.45 – 12.00 dan 12.30 – 14.30. Satu grup minimal berisi 7 orang dan maksimal 10 orang. Karena itulah banyak pengunjung yang datang ke museum ini memang baru kenal satu sama lain saat bertemu di museum. Terima kasih untuk Twitter dan media sosial lainnya, biasanya pencarian teman berkunjung ke Museum Di Tengah Kebun ini dilakukan via media sosial. π Saat saya ke sana, kami bertujuh: saya, Kakatete, Kamikih, dan Kalejid sudah saling kenal. Saya diajak Widi yang datang bersama satu temannya Oliph. Dan Widi kenal dengan Novi yang juga datang dengan satu orang temannya Sandya. Berdelapan deh kami. Hihihi.
Saat pintu depan dibuka dan tur dimulai, saya tidak lagi terperangah dengan masing-masing koleksi museum melainkan keadaan keseluruhan rumah yang adem, tenang, nyaman, dan tidak menakutkan. Jujur saya katakan, saya suka malas memasuki museum di Indonesia karena kebanyakan museum menguarkan aroma mistis dan menakutkan. Tapi Museum Di Tengah Kebun ini berbeda. Ada rasa aman dan nyaman. Mungkin karena rumah ini memang dihuni dan lebih seperti rumah galeri dibanding museum.
Koleksinya sendiri banyak berupa patung. Keberadaannya acak di seluruh sisi rumah. Ada juga furniture dan lukisan. Pak Sjahrial Djalil, pemilik rumah, mengumpulkan keseluruhan koleksi museum sendiri. Beliau juga masih tinggal di rumah ini. Saat saya ke sana, Bapak lagi istirahat, tapi sempat bertemu saat tur sudah mau berakhir. Bapak duduk di kursi rodanya, melihat kami dari kejauhan. :’)
Dari keseluruhan area rumah, saya paling suka kebunnya. Kebun ini sangat luas! Dari 4200 meter persegi, 3500 meter perseginya adalah kebun. Jadi bangunan rumahnya hanya 700 meter persegi. Karena itulah namanya Museum Di Tengah Kebun. π Dan kebun ini pun tidak luput dari koleksi seni. Ada satu pendopo untuk bersantai di tengah kebun yang memuat banyak koleksi mulai dari patung hingga lampu dan kursi antik; ada arca Ganesha besar di tengah kebun dan juga ada bangunan kecil lainnya yang dipenuhi cermin dan lampu gantung bernilai tinggi.
Tidak hanya koleksi barangnya yang bernilai sejarah tinggi, uniknya, bahan bangunan yang dipakai di museum ini pun memiliki nilai sejarah. Batu batanya dari bekas gedung tinggalan VOC, pintunya dari bekas pintu penjara wanita. Tapi semua bersatu dengan apik dan manis, tidak terlihat saling mengungguli. Arsiteknya hebat. π
Saya nggak akan menceritakan tentang koleksinya karena banyak sekali dan masing-masing ada ceritanya. Saya gantungkan saja biar kalian yang membaca juga jadi ingin berkunjung. π
Menghabiskan akhir pekan dengan mengunjungi museum? Totally not a bad idea!
Semoga banyak museum lainnya di Indonesia bisa berbenah dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung seperti Museum Di Tengah Kebun ini. Dan semoga semua museum dijauhkan dari aura-aura mistis yang mengganggu. Hihihi.
Senyum dulu ah.. π
————————————————————————————————————————–
Berita Terkini: Museum Di Tengah Kebun sedang tutup untuk publik. Belum ada kabar kapan akan dibuka lagi. Semoga tidak lama ya. π