“Ma, kita pulangnya stay di Brunei dulu ya 2 malam.” saya memberitahu Mama. Dan tentu seperti yang sudah sudah, Mama menerima dengan pasrah, “Okeeee..” Wkwkwk.
Perjalanan kali itu spesial karena saat liburan ke Melbourne kami pulang pergi naik Royal Brunei Airlines. Itu kali pertama saya naik maskapai kebanggaan negara petro dollar ini. Sudah cukup lama saya ingin naik Royal Brunei Airlines demi sebuah alasan receh: mendengar lantunan doa sebelum take off-nya.
Saya pikir, karena sudah naik Royal Brunei dan transit di Brunei, ya sekalian saja pulangnya kami keluar dulu mampir negara ini.
Saat saya cek apa saja tempat wisata di Brunei Darussalam yang bisa dikunjungi, saya berkesimpulan, dua hari sepertinya cukup untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Brunei ini. Siapa menyangka ternyata JUSTRU SATU HARI cukup untuk berkeliling Brunei. Hihihi.
Berikut adalah beberapa tempat wisata di Brunei Darussalam yang bisa dikunjungi dalam satu hari:
-
Sultan Omar Ali Saifuddien Mosque
Dengan 67% masyarakatnya penganut Islam dan bahkan pemerintahannya disebut ‘kesatuan Islam Monarki Absolut’, nggak heran dong ya di Brunei banyak ditemui masjid. Salah satu yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien.
Masjid ini berada di atas laguna buatan di pinggir Sungai Brunei. Arsitekturnya ala Mughal dengan kubah bulat pendek besar berwarna emas di tengahnya. Saya dua kali ke masjid Omar Ali Saifuddien ini — di siang hari dan di malam hari.
Yang menarik, saat sore menjelang, akan ada stand pasar malam dibangun di sekitar masjid dan juga ada odong-odong lampu (yknow, like the one in the south square of Jogja Palace gitu) disewakan untuk keliling area.
Anak-anak kecil banyak berlarian dan main sepeda di sekitar area ini, jadi kayak area wisata keluarga. Hihi.
-
Istana Nurul Iman
Sesuai namanya, istana ini ya tempat sultan Brunei tinggal dan juga berkegiatan memimpin negara. Pengunjung memang tidak bisa masuk ke dalam istana, kecuali undangan, dan karena waktu itu saya belum jadi Duchess of Prawirotaman, jadi saya dan Mama harus berbahagia saja foto di gerbangnya. Hihihi.
Eh btw, istana ini dibuka untuk umum setiap Lebaran. Open house gitu.
Jadi kalau mau bertemu Sultan, bersalaman, dan makan malam di istana, bisa cari tahu event open house selanjutnya tu kapan dan silakan datang. Ditanggung nggak cuma bisa foto bersama gerbang! Hihi.
-
Jame’ Asr Hassanil Bolkiah
Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah ini adalah satu dari dua masjid nasional di Brunei dan adalah masjid terbesar dengan daya tampung 5000 orang. Dari luar, masjid ini terlihat sederhana tapi saat masuk aula salatnya, WOW WOW WOW megah banget, Rencang-rencang!!
Sayang bagian dalam aula tidak boleh difoto jadi saya nggak bisa tunjukkan di sini tapi ya bayangkan saja sebuah ruangan yang besar dengan langit-langit tinggi yang disokong pilar-pilar kokoh berbalut marmer.
Semua warna emas di sekeliling kubah dalamnya adalah emas 24 karat. Lantainya dilapis karpet dari New Zealand yang tebal dan empuk. Di tengah ruangan, tergantung chandelier 4 ton berdesain fancy dan rumit.
Berada di aula salat masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah ini juga nggak berasa sedang di Brunei saking dinginnya. AC-nya menyala 24 jam euy! Lebih lama dibanding waktu saya memikirkan dia setiap harinya! *ehmaap*
-
Royal Regalia Museum
Di museum ini, pengunjung bisa melihat segala hal yang berhubungan dengan keluarga kerajaan, dari mulai kereta kerajaan hingga baju sultan dan foto-foto prosesi pelantikan.
Kalau suka sejarah (atau kemewahan wkwk), berkunjung ke sini cukup mengasyikkan. Kita dibuat sadar betapa negara kecil ini memang kaya. Hihi.
-
Jambatan R.I.P.A.S
Jembatan sepanjang 622 meter yang disokong satu pilar ini menyambungkan area pusat kota dan Sungai Kebun di Bandar Seri Begawan. Tinggi pilarnya 157 meter dan di atas pilar tersebut ada kubah berdiameter 8,7 meter dengan berat 9,5 ton – pilar ini menjadi bangunan tertinggi di Brunei hingga saat ini.
Kalau ke area Jambatan R.I.P.A.S, jangan lupa sempatkan mampir ke Tarindak D’Seni. Sebuah restoran all you can eat, tidak jauh dari jembatan. Di Tarindak D’Seni, selain bisa makan (yaiyalah kan restoran), pengunjung juga bisa menikmati pemandangan Kampong Ayer di seberang dan kapal yang hilir mudik di Sungai Brunei.
-
Kampong Ayer
Ayer dalam bahasa Melayu Brunei berarti air. Kampung ini memang dibangun di atas air Sungai Brunei. Kampong Ayer memegang peranan penting sebagai ibukota de facto, pusat ekonomi dan sosial pada masa Kekaisaran Brunei.
Saya dan Mama berkunjung ke salah satu rumah warga di Kampong Ayer di mana kami disuguhi kudapan ala Brunei (yang nggak beda sama kudapan di Indonesia) dan bisa mengobrol dengan pemilik rumah tentang kehidupan di kampung ini.
-
Gadong Night Market
Ada beberapa pasar malam di Brunei tapi pasar ini yang menarik hati saya: Pasar Malam Gadong. Pasar ini berada di sebuah area yang cukup luas, bangunan pasarnya terbuka, tanpa dinding, dan keadaannya ramai. Banyak keluarga yang berkunjung dan makan malam di pasar ini.
Di pasar ini, bisa ditemukan berbagai macam makanan jalanan khas Brunei (yang sebenarnya nggak bisa dibilang makanan jalanan sih, lha wong nggak ada yang jualan di jalan juga di Brunei wkwk) dan favorit saya: PAIS TENDON!!
OMG kalau kalian ke pasar ini, harus banget coba Pais Tendonnya. MYU MYU MYU MAMAMIA LEZATOOO!!
Ada tiga tempat lagi yang saya dan Mama kunjungi; sebuah museum, sebuah pusat perbelanjaan, dan sebuah Islamic Center (yang belum buka wkwk). Ketiga tempat itu nggak saya masukkan dalam tulisan ini karena menurut saya, yang dua biasa saja, yang satu belum buka, bisa bilang apa? Hihi.
***
Dalam tulisan ini, saya juga ingin menjawab beberapa pertanyaan di Instagram tentang jalan-jalan ke Brunei.
Kalian sudah follow Instagram saya belum si, Rencang-rencang? Kalau belum ya follow atuhlah.. Jangan ragu jangan bimbang. Wkwk.
? Jalan-jalan/makanan di sana asyik, Mbak?
= Yang menancap ke memori tu jalan-jalannya mahal! Haha. Perjalanan seharian kami tu biayanya dihitung per orang. Per orangnya 100 dollar Brunei (sekitar 1 juta rupiah), jadi jalan berdua Mama (walaupun satu mobil), bayarnya 200 dollar. Hihihi.
Kalau bisa dan berani menyetir di luar negeri, mending menyetir sendiri, bisa lebih hemat! Tapi kalau menyetir sendiri, belum tentu juga bisa ke rumah warga di Kampong Ayer itu, contohnya, karena itu bagian dari tur. Hihihi.
Makanannya oke lah, nggak ada yang spesial selain Pais Tendon, pokoknya! Hihihi. Asyik atau enggaknya sih tergantung orangnya, saya mah selalu asyik kalau jalan-jalan. *sombong*
? What’s the dos and don’ts in Brunei?
= Hampir sama dengan dos/don’ts di Indonesia kok. Saya memang sempat kawatir dan galau akan peraturan di Brunei di mana perempuan wajib memakai kerudung gitu. Takut digeruduk aqutu, Rencang-rencang!
Saya sampai tanya ke beberapa teman yang orang Brunei, dan semua meyakinkan saya bahwa tidak apa tidak pakai kerudung, nggak bakal digeruduk. Puji Tuhaaaan.. Hehehe. Saya merasa, Brunei ni negara Islam tersantuy dan terselaw malah.
? Street stylenya orang Brunei bagaimana, Kak?
= Berkebalikan dari pendapat Mbak Trinity yang berkata cowok Brunei tu nggak ganteng-ganteng, saya malah merasa cowok Brunei tu salah satu yang good looking dari Asia! Paduan antara Melayu dengan wajah Chinese cipit-cipit gitu cowoknya. Hihihi.
Street style mereka kalau saya lihat di Instagram tu gahul-gahul kayak hijabi-hijabi Indonesia, tapi pas saya di sana, untuk perempuannya, saya justru banyak melihat yang standar pakai baju kurung. Laki-lakinya lebih terlihat gahul dengan kaos/kemeja dan celana jogger/chino.
Oh ya, waktu saya kenal Alin Kurapak dan ‘dikenalkan online’ dengan istrinya, saya sempat kaget karena di foto-foto Instagramnya, istrinya kadang pakai jilbab kadang tidak. Saya sampai kaypoh buka kolom komentarnya kirain bakal dihujat gitu eh enggak loh, semua santai banget.
Komentar-komentarnya nggak ada yang fokus ke pemakaian jilbabnya malah. Saya sampai bodoh banget nanya ke Alin apakah gpp istrinya melepas jilbabnya gitu kalau dilihat netizen Brunei? Katanya nggak apa-apa, santai saja. WOW!!
Tambah suka sama Brunei(an) pas tahu itu. Nggak pada ribet orang-orangnya. Nggak kayak pemegang kunci surga di Indone…..eh nggak boleh banding-bandingin ya!!!! YAAAAAA!!
? Biaya hidup di sana, Kak?
= Nggak tahu pasti ya kalau biaya hidup kan saya cuma 2 malam di sana, hehehe. Kalau dari harga makanan sih standar, lebih murah sedikit dari di Jakarta malah. Biaya penginapan untuk hotel standar di Rp 1.000.000 per malam hingga Rp astagfirullah per malam. Wkwk.
Oh, yang lebih mahal tu grocery (buah/sayur, bumbu-bumbu). Mungkin karena semuanya impor ya (?)
Yang menarik: orang Brunei kalau ke rumah sakit negara, bayarnya 1 dollar sahaja. Sekolah di Brunei tu gratis sampai setinggi-tingginya. Kalau melanjutkan sekolah di luar negeri, negara membiayai sampai ke tingkat penginapan, kebutuhan buku, bahkan transportasi selama belajar.
Tidak ada orang yang dibiarkan miskin di Brunei – menurut pengakuan Aliq dan Alin. Kesejahteraan harus mencapai semua orang. Nggak ada gelandangan. Kalau ada orang kurang uang, bisa menghadap ke sultan dan uang akan diberikan.
Hebatnya, ini tidak menjadikan orang Brunei malas-malas. Kok iso yo? Nik wong Indonesia diperlakukan koyo ngono yo mesti dadi males kabeh yogaksi? *negative thinking* *mbandingke meneh*
Hihihi. Wis ah..
Senyum dulu ah.. 🙂
waaaahh lihat dan baca blog ibu uber journey ini saya jadi terkesima membacanya jadi pengen punya cita-cita kesana semoga ibu selalu diberikan kebahagian dan kesehatan ya bu 🙂