Wisata Keluarga ke Agrowisata Gunung Mas Puncak

Saya mungkin sudah bikin ribut linimasa Facebook (saya) Sabtu, 15 November lalu, karena mengunggah dua tiga foto dalam waktu yang berdekatan. Hihihi. Foto pertama adalah kemacetan yang saya hadapi di Pintu Keluar Ciawi menuju Puncak. Foto kedua ketika saya (akhirnya) memutuskan naik ojeg untuk mencapai penginapan tempat keluarga sudah berkumpul menunggu. Dan ketiga, foto saya dan Key sedang naik kuda bersama. Hehehe.

Saya berangkat dari Ubernest pukul 6 pagi. Perjalanan dari Kebon Jeruk hingga keluaran Ciawi terhitung lancar. Namun sesaat setelah keluar dari Ciawi itu tiba-tiba antrian mobil sudah mengular panjang. Dalam dua puluh menit, Opie (mobil saya) hanya bergerak beberapa meter saja. Jujur, saya bukan orang yang cukup tahan berada di kemacetan. Itulah sebabnya, saya malas sekali datang kondangan, ambil makan saja macet panjang. :p Setelah (mencoba sekuat jiwa) menunggu dalam kemacetan selama sekitar 45-50 menit, antrian tidak juga menampakkan tanda-tanda masa depan yang cerah, saya mulai stress. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.45 dan secara cepat jarum menit bergerak menuju angka dua belas. Saya geregetan. Opie berada di jalur yang tidak bisa bergerak. Beda dengan mobil di kiri hanya beberapa senti hingga pintu mobil tidak lagi bisa dibuka. Ya kalau pun bisa, payudara saya saja nggak bisa lewat deh saking sempitnya. 🙁 Di sebelah kanan berbatasan dengan pembatas jalan dari beton. Stuck! Tanpa pemberitahuan ada apa di depan. Tanpa kejelasan berarti. Dan sama seperti hubungan, semua yang tidak jelas itu memusingkan. :'(

Puncak3
Masa-masa menuju menyerah.. :’)

Jam delapan tepat, saya menyerah. Pilihannya adalah saya melanjutkan perjalanan ke penginapan naik ojeg atau saya memutar balik dan pulang ke Jakarta. Kenapa ada pilihan naik ojeg? Karena bagi saya, ojeg adalah kendaraan penyelamat di mana saja di Indonesia. HAHAHAHA. Saya suka sekali naik ojeg. Sama halnya saya suka berkata, “Pak, hati-hati ya.. Beneran lho Pak, hati-hati!!” ke Mamang Ojeg atau menepuk pundak mamangnya (dengan batu bata) kalau saya pikir ia membahayakan nyawa saya si perempuan caem nan cute sepanjang masa ini.

Pak Totok, supir BuJendral yang menemani saya pagi itu akhirnya turun untuk mencarikan saya ojeg sementara saya beralih ke kursi depan untuk jaga kandang Opie kalau-kalau tiba-tiba ada sapuan kasih sayang yang membuat jalan kosong (impian semata). Setelah Pak Totok menemukan sang mamang, saya pun mengikat rambut dan lompat mengangkang ke atas motor. HIYAK!! Ojeg pun berjalan zigzag dengan asyik di antara mobil dan manusia yang masih menunggu kepastian masa depan mereka. Saya dadah-dadah. :’)

Yang sempat membuat saya spanneng adalah, Mamang Ojegnya nggak punya helm cadangan! Jadi saya nggak dikasih helm. Saya minta pakai helm mamangnya, katanya jangan, dia nggak mau kasih!! Apa lah! Minta helm saja nggak dikasih, bagaimana kalau saya minta motornya?? 🙁

"Mang, please hati-hati.. Saya belum ke Petra dan Maluku dan London dan Skotlandia dan Prancis.."
“Mang, please hati-hati.. Saya belum ke Petra dan Maluku dan London dan Skotlandia dan Prancis..”

Perjalanan sekitar 20-25menit dipenuhi obrolan seru saya dan sang mamang hingga tidak berapa lama, saya pun sampai di penginapan. Disambut satpam yang mengantar ke villa tempat keluarga menginap dan senyum tulus nan cerah BuJendral dan keponakan saya, Key. Dengan terseok-seok saya salim, cium-cium Key kemudian masuk kamar, lanjut tidur. Hihihi.

Jam dua belas, kami pun berjalan ke luar. Makan dulu di MelRimba kemudian kembali ke Agrowisata Gunung Mas untuk … naik kuda. Hehehe.

Agrowisata Gunung Mas berada di kawasan Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Berada di ketinggian 800-1200meter di atas permukaan laut dan dikeliling perkebunan teh, udara di agrowisata ini memang segar. Di agrowisata ini, ada banyak penginapan disewakan tapi saya belum pernah menginap di sana. Selalu hanya pulang hari. Daya tarik utamanya sepertinya adalah wisata naik kuda. 😀 Ada puluhan Mamang Kuda di tempat ini. Kalau mau langsung naik kuda, bisa naik dari tempat di bawah, setelah pintu masuk. Kami kemarin memilih untuk naik kuda dari tempat di atas; jadi dari pintu masuk, lurus terus sampai mentok kemudian belok kanan dan ikuti jalan. Nanti akan sampai di lapangan luas dan terlihat deh banyak Mamang Kuda mendekati untuk menawarkan cinta dan kasih sayang jasa naik kudanya. Dari pengalaman datang dan naik kuda beberapa minggu sebelumnya, menurut BuJendral, Kak Ari, dan Mbak Citra, tempat naik kuda yang di bawah lebih kotor walaupun pilihan kudanya lebih banyak (ya mungkin karena itu lebih kotor, bukan?). Kalau menurut saya, Mamang Kuda yang di bawah lebih agresif: mereka mengerumuni pengunjung yang baru turun mobil atau motor gitu secara bersamaan. Beraninya bareng-bareng. HUH! Coba sini kalau berani sendiri-sendiri!!

Awalnya kami naik kuda hanya selama satu putaran. Satu putaran seharga Rp30.000 per kuda. Tapi lalu Key nggak mau turun, akhirnya kami naik lagi dan menyewa jasa sang kuda untuk setengah jam seharga Rp50.000. BuJendral pun menghitung dan sampai pada kesimpulan: lebih murah menyewa jasa naik kudanya selama setengah jam daripada menyewa hanya satu putaran! Hahahahaha.

Bagus ya pemandangannya.. :)
Bagus ya pemandangannya.. 🙂

Selama setengah jam kami diajak berkeliling diantara kebun teh kemudian melihat kuda Australia yang super besar di dalam istalnya dan melihat kuda kecil yang baru lahir tapi sudah bisa berlari-lari mengejar ayam. Hahaha. Saya naik seekor kuda betina berwarna hitam putih bernama Louise bersama Key. Saya duduk di ujung sekali karena takut penis Key kepentok pelana bagian depan. Sedikit insight untuk yang akan naik kuda bersama anak kecil (satu kuda berdua), perlu diperhatikan penempatan si anak di depan. Jangan sampai terlalu ke depan dan bagian kemaluan anak menyentuh bagian pelana yang keras secara terus menerus selama naik kuda itu. Key sendiri menikmati waktunya di satu putaran pertama; sibuk menepuk sayang punggung Louise dan memainkan surainya. Di putaran selanjutnya, sepuluh menit pertama dia masih asyik, sepuluh menit berikutnya dia mengantuk dan diam saja, sepuluh menit terakhir dia minta gendong. Hahahaha. Jadi ya sudah, saya gendong batita seberat 12kg itu sambil memegang tali kekang kuda.

Ribet? Iya.

Berat? Bangeeeet!

Hahaha.

Tapi turun dari kuda, Key terlihat senang, apalagi pas habis nenen. Hihihi. Selesai naik kuda, kami turun ke ‘Tea Corner’ di bawah untuk menukarkan tiket masuk dengan Teh Walini, teh produksi Gunung Mas. Jangan lupa tukarkan tiket masuk dengan teh suvenir ya. Tehnya enak! 😀 Setelah itu, kami duduk-duduk minum teh sambil makan Pisang Coklat Keju dan Pisang Kayu Manis.

Selain kebun teh, penginapan, dan wisata kuda; di Gunung Mas ini juga banyak penjual sayur mayur hasil kebun sendiri. Harganya terhitung sangat murah (kata anak yang nggak pernah cek harga ke pasar), jadi agak nggak tega untuk menawar. Hihihi. Selain itu, ada juga warung yang menjual berbagai macam makanan mulai dari mie instan hingga soto. Selain penjual balon sabun, ada juga penjual baju dan aksesoris tempat dingin macam kupluk dan syal, juga ada penjual layang-layang. Saya dulu sering sekali menghabiskan waktu menerbangkan layang-layang di Gunung Mas sama papa. Senang! Soalnya layang-layangnya PASTI terbang dengan mudah. Hihihi.

Saya dan BuJendral sempat jalan-jalan sebentar di sekitar Gunung Teh lalu menghabiskan waktu main balon sabun sama Key dan sekitar jam empat sore, kami pulang. Perjalanan pulang, Puji Tuhan, tidak macet karena diberlakukan jalur satu arah.

Jadwal satu arah Puncak:

Sabtu: 09.00 – 11.30 – Satu jalur arah Puncak

             15.00 – 17.00 – Satu jalur arah Jakarta

Minggu: 09.00 – 11.30 – Satu jalur arah Puncak

                 15.00 – 18.00 – Satu jalur arah Jakarta

Agrowisata Gunung Mas ini satu pilihan wisata keluarga yang menyenangkan. Bisa menghabiskan waktu seharian, mengisi ulang paru-paru dengan udara bersih dan segar. Kalau tanpa macet, pasti jadi lebih sempurna. Hihihi. Lokasinya pun tidak terlalu jauh dari Jakarta sehingga bisa jadi pilihan untuk libur akhir pekan. 🙂 Ya ingat saja, kalau pun kena macet, lihat lah kanan kiri, cari Mamang Ojeg yang siap sedia mengantar hingga ke atas. Kalau perlu, bawa helm sendiri! Hihihi.

Senyum dulu ah.. 🙂

Related Posts

4 Responses

Leave a Reply