Digerebek di Belitung

Enggak enggak, tenang, ini bukan cerita horor, keep reading. Hehehe. *pegangin celana pembaca*Kami tinggal di sebuah hotel di Tanjung Pandan, nama hotelnya Martani. Setiap kali orang nanya tinggal dimana dan kami sebut nama hotel ini, semua pasti langsung respon “Ooooh, Martaniiii..” Sedangkan orang-orang yang memberi respon itu yang tinggalnya jauh macam di Gantong, Manggar, atau Tanjung Kelayang. Setelah berkali-kali dapat oh-martani itu, akhirnya saya nanya apa memang sebegitu terkenalnya hotel ini, kok kayaknya semua orang tahu? Ternyata eh ternyata, itu adalah karena Martani ini hotel tertua di Belitong. Saya ulang, Martani adalah hotel tertua di Belitong. JENG JEEEENG!!! Saya langsung menyesal sudah bertanya karena saya selalu punya rasa ketakutan sama semua yang berbau ‘tertua’. Misalnya, laki-laki yang mendekati sudah berusia tua.

Memang waktu pertama masuk hotel ini, perasaan saya sudah kebat kebit, rasanya aneh, kinda spooky. Cuma saya nggak mau bikin abang takut. Ya akhirnya menyugesti diri sendiri ini hotel baik-baik saja, nggak ada apa-apa, nggak ada yang aneh-aneh, tenang, tenang. Hehehe. Tiga hari dua malam saya di hotel itu dan alhamdulillah baik-baik saja nggak kurang suatu apa.
Nah tentang ketukan; alkisah selesai jalan-jalan di hari kedua, saat kami pulang, kami diberitahu resepsionis ada yang mencari. Kami kira Hari, kontaknya abang yang menyewakan motor ke kami. Ada apa ya Hari kok nyariin?
Kami masuk kamar, saya mandi, abang (ternyata) sms Hari yang dijawab enggak, dia nggak nyariin. Selesai saya mandi, gantian abang. Lalu kami lagi tidur-tiduran dan tiba-tiba “Dhokdhokdhok!!” Pintu diketok, kenceng, ngagetin, kayak penuh emosi gitu. Abang jawab, “Sebentar” dan dengan santainya ngambil celana untuk lapis boxer (lopelope)nya. “Dhokdhokdhok!!” diketuk lagi. Saya yang sudah setengah akan tidur keganggu banget dan akhirnya bangun. Abang masih pake celananya. “Dhokdhokdhok!!” WTF??!! Akhirnya abang buka, dan di sanalah ada tiga manusia. Dua perempuan, satu laki-laki. Semua, dengan tatapan mencurigai, melihat ke arah abang, ke arah saya, lalu menyapu pandangan ke seluruh penjuru kamar. HAYYAAAA!! Saya deg-degan banget. Ada apaan sih ini??
Saya lupa kalimat tanya pertama mereka apa, sudah terlalu deg-degan. Intinya mereka cari orang bernama Alfaresi. Abang jawab “Oh, saya Alfa, Alfareza.” dengan santai. Si perempuan kelihatan bingung, si lelaki masih memberikan tatapan intense menelanjangi saya. HIH!! Saya semprot sambel nih matanya nih!! HIH!!
Mereka keukeuh nanya terus, katanya ada perempuan namanya Alfaresi tinggal di kamar 132 (our room indeed) dari Jakarta. Saya bilang ya kami memang dari Jakarta. Tapi si Alfaresi ini naik Sriwijaya, sedangkan kami naik Batavia. Ada kali sepuluh menitan mereka ngeliatin, bertahan di depan kamar, ngomong melulu dengan nada antara menuduh dan bingung dan nggak terima, ngeliatin seluruh isi kamar (mungkin curiga ada yang ngumpet di kamar mandi juga), dan setelah obrolan panjang dan sepertinya mereka yakin si Alfaresi itu nggak ada di dalam kamar, mereka berlalu. Saya masih deg-degan. Hidih sampe sekarang saya masih inget deh tatapan itu lalaki. Huhuhu.
Analisa saya dan abang, kayaknya mereka cari perempuan yang jadi selingkuhan atau apa gitu dan pengen mergokin langsung. Mereka juga sempat panggil sodaranya (dua laki-laki). Saya dengar mereka sepertinya masih di luar kamar entah sampai jam berapa, tapi saya deg-degan banget deh jadinya. Sebel sama pihak hotel juga yang membolehkan orang langsung mengetuk pintu kamar gitu. >.<
Ya tapi akhirnya kami nggak apa-apa sih. Sudah bisa tertawa juga kalau ingat momen itu. Kalau nggak gitu nggak ada cerita ya Bang. Martani will only be Martani. Hahahaha.
Senyum dulu ah.. 🙂
*Dan sungguh, saya bukan perempuan selingkuhan kok Pak, Bu.. Saya cuma anak muda nan cantik jelita yang ingin tidur saat kalian datang. Sekian dan terima kasih sayang*

Related Posts

Leave a Reply