Galau di Haeundae Beach Busan

Jalan sama teman itu menyenangkan. Jalan sendiri juga bebas. Jalan sama orangtua juga pasti asyik. Nah, jalan sama pacar?

Katanya, kalau mau tahu tentang seseorang secara lebih mendalam, ajak jalan bersama. Nanti akan kelihatan aslinya seperti apa. Saya setuju dengan pernyataan tersebut; sayangnya, saya kurang beruntung dalam hal itu. Hihihi. Dari beberapa kali rencana jalan dengan kekasih, pada akhirnya kami putus mendekati hari H keberangkatan. Bagaimana coba aku bisa lebih mengerti dirimu mas jika belum berangkat pun kita sudah melambaikan tangan tanda perpisahan dan mengibarkan bendera putih? Ihiks. *peluk pilar bandara* :p

Kalau sudah putus lalu nggak jadi jalan, Lan?
IH ENAK SAJA!
Saya bayar tiket saya sendiri dan tidak ada yang bisa menghentikan saya dari tetap pelesiran kecuali jumlah sisa cuti yang mencekik dan tatapan mata cici HRD yang menusuk. I’m always good to go! Sendiri juga nggak apa. Hehehe.

Tapi ternyata, walaupun jalan-jalannya tetap terasa asyik, ada beberapa tempat yang menimbulkan aura romantisme dan ada beberapa momen yang membuat saya galau. Tempat dan momen itu salah satunya terjadi di Haeundae Beach.

Haeundae Beach ada di distrik Haeundae – Busan. Untuk mencapai pantai ini terhitung mudah, naik subway line 2 sampai Haeundae, lalu keluar di exit 3 atau 5 . Setelah keluar, tinggal jalan kaki saja lurus, menyeberang jalan, sampai deh. 😀

Saat musim panas, pantai ini akan dipenuhi pengunjung dan payung-payung besar berwarna-warni yang bisa disewa. Untungnya saat kemarin saya datang sedang musim peralihan dari musim panas ke musim gugur. Udaranya sejuk dengan angin dingin beberapa kali berhembus. Airnya, diluar bayangan, ternyata dingin! Tidak ada payung-payung besar yang menghalangi pandangan. Hanya ada pasir coklat muda (warna pasirnya lucu lho, bukan coklat bukan kuning, diantaranya lah. :D) dan beberapa pengunjung duduk menikmati waktu dan semilirnya angin. Saya membuka sepatu dan merasakan halusnya pasir menyentuh kaki dan kemudian perasaan itu hadir.

Perasaan …..

galau.
:'(

Saya berusaha memandang jauh ke depan, berusaha menikmati sekeliling dengan senyum mengembang, berusaha menepis ingatan akan dia. Yang tak boleh disebut namanya. Hihihi. Boleh deng, Costa jelek Costa jelek Costa jelek. Sudah tuh disebut. :p

Ada satu pasangan yang berada tidak jauh dari tempat saya dan Bujendral duduk. Tidur di atas handuk, masing-masing sibuk membaca buku, tapi tangan sang lelaki mengait di pinggang sang perempuan. Momen yang selalu saya impikan. Diam dalam nyaman.

Hati saya berdesir. Seperti ada yang meluruh dari dada. Mungkin ini yang namanya pedih. Mungkin harusnya saya tidak perlu melihat mereka.

Saya cepat mengalihkan pandangan. Yang sayangnya, terbentur dengan pemandangan lain: pasangan yang sedang tertawa bersama sambil berangkulan.

*korek-korek pasir*
*jorogin pasangan-pasangan itu ke air*

Harusnya saya ada di sana bersama dia, menikmati waktu seperti pasangan-pasangan itu.

Saya terdiam.
Cukup lama.
Berusaha mengumpulkan pecahan hati yang tersebar hingga dua meter ke depan.
Pendek ya.
Iya.
Kan saya kuntet.

Beruntung saya ada di sana bersama Bujendral, yang walaupun diam dan tidur, tapi ‘ada’ untuk saya. Beruntung juga karena ada beberapa pengunjung anak-anak belasan tahun yang sibuk mengambil foto loncat atau selfie dengan riang cenderung berisik. Dan beruntung ada empat orang laki-laki yang lumayan bening tiba-tiba datang sambil becandaan di dekat saya. Hihihi. Haloh adek-adek unyu, sama kakak sini yuk sini.. *tepuk-tepuk pasir*


Pecahan hati itu sudah mulai tersusun ketika saya memutuskan untuk merebahkan tubuh di samping Bujendral. Mencoba menikmati semilirnya angin. Bersyukur sudah diberikan kesempatan menikmati satu lagi berkat Tuhan. Dan bersyukur karena ternyata saya masih punya hati (yang bisa pecah dan remuk). Seenggaknya, itu berarti, saya masih hidup. 🙂

Sambil melihat langit yang cerah menggantung sore itu, saya tersenyum.
Seraya berujar di dalam hati.
‘I forgive you.’

I do.

Seperti sakit dari Caesar yang saya tinggalkan di Maya Beach – Thailand, kali ini saya meninggalkan sakit dari Costa di Haeundae Beach – Korea Selatan.

Saya beruntung ya. Meninggalkan sakit hati saja bisa sampai jauh-jauh begitu. Hihihi. Semoga nggak jadi kebiasaan. Nanti susah. Setiap sakit hati harus pelesiran jauh untuk meninggalkan sakitnya dan memberikan maaf. Hati bahagia, dompet merana. Hihihi.

Senyum dulu ah.. 🙂

Related Posts

2 Responses
  1. Bulan

    Nope.. I didn't leave my heart in many places, it is the pain that's left there. My heart remains in me. Well, except for a quarter of it that's left in Macau. Hihihi.

Leave a Reply