ANZAAAIIIII udah lama banget ni blog tidak tersentuh ya HAHAHA.
I think I miss blogging, dan karena pandemi sudah selesai, kita sudah bisa jalan-jalan lagi, yuk kita hidupkan kembali blog ini. *memberi tiupan nyawa FUUUHHH!!*
Selamat datang di Uberjourney.. <3
Kita mulai nyawa baru blog ini dengan cerita perjalanan ke Karimun Jawa ya.
Karimun Jawa sebenarnya sudah lama jadi incaran tapi jujur minim banget info jalan ke sana. Plus, beberapa kali dengar cerita orang tertahan di sana karena cuaca buruk atau nggak dapat kapal kembali ke kota awal, lha yo opo.. Kalau masih kerja kantoran, sungguh bukan ide bagus untuk liburan ke sana kan jadinya. Maka kemarin-kemarin saya mengurungkan niat ke sana.
TAPI KARENA SEKARANG SAYA IBU RUMAH TANGGA, jadi bolehlah liburan ke Karimun Jawa! Hehehe.
JAKARTA – JEPARA
Kok Jepara? Iya, Jepara itu kota penyeberangan ke Karimun Jawa. Sebenarnya bisa juga menyeberang dari Semarang, tapi karena operator tur yang saya ikuti bisa aturkan perjalanannya dari Jepara, ya saya jalannya ke Jepara. Itung-itung biar pengalaman juga secara belum pernah ke Jepara. Hehehe.
Bus
Cukup banyak bus yang menuju Jepara, tapi karena saya malas ribet, jadi saya pilih operator bus yang ada di Traveloka saja. Hihihi. Saya dan mama (Ubermamajourney lagi nih) memilih bus Bejeu; berangkat dari Terminal Grogol menurut jadwal pukul 06.55, sampai Jepara pukul 15.55. Busnya tepat waktu? YA ENGGA LAH!!

Busnya datang jam 7.15 lewat setelah itu berhenti di 3 terminal lagi untuk angkat penumpang (((ANGKAT))) baru kemudian cuss ke Jepara. Perjalanan yang sedianya 9 jam, bertambah jadi 10 jam lebih karena macet pula.
Bus Bejeu menurut saya cukup nyaman ya, kursinya lumayan besar, bisa direbahkan, dan ada penyangga kakinya, jadi perjalanan 10 jam kemarin nggak buruk-buruk amat, tetap bisa istirahat dengan nyaman. Lucunya, pas dari Terminal Tanjung Priok, ada beberapa pedagang masuk gitu kan, salah satu yang masuk ni tukang sulap! Iya tukang sulap! As strange as it sounds. Dia sulap ngilangin bola. Bolanya dimasukkan mulut trus ilang, tahu-tahu di tangan, eh yang di tangan hilang, tahu-tahu muncul di mulutnya. Wkwkwkw.
Ya beginilah kerja di ibukota, harus bolak balik makan bola demi dapat sedikit uang untuk memperpanjang usia – Bapak Tukang Sulap Terminal Tanjung Priok di Bus Bejeu
Di Jepara, kami minta diturunkan di alun-alun. Dari alun-alun, rencananya kami mau pesan ojek online. Baru buka aplikasi, eh ditawarin ojek pangkalan. Karena saya anaknya jujur, saya bilang, “Enggak, Pak, terima kasih. Ini lagi mau pesan ojek online.” Bapak ojek pangkalan langsung, “Kalau mau naik ojol jangan di sini ya. Jalan kaki aja dulu tu ke sana (dia menunjuk arah tapi ga jelas apa yang ditunjuk). Di sini nggak boleh!”
Bhaique…
Apa dia pikir setelah bilang begitu kemudian saya mau naik ojek dia? Wkwkwk ya engga lah, saya panggil becak aja yang lagi mangkal HAHAHA. Naik becak berdua mama sambil mangku tas dan koper, kami melaju menuju penginapan. 😀

Kesan kota Jepara
Walaupun kesan pertama yang kami temui adalah bapak ojek pangkalan yang kurang ramah tapi Jepara sendiri terlihat cantik, tenang, dan menyenangkan. Di alun-alunnya sore itu banyak orang lari sore, ada juga yang main bola, anak-anak kecil lelarian di lapangan, bapak-bapak duduk sambil ngobrol, aduh senang sekali melihatnya. Kotanya hidup tapi tenang – tidak gemuruh. Saya sampai bilang ke mama,
Next time, kita explore Jepara aja yuk, Ma. Khusus ke Jepara gitu, sewa motor, muter-muter kulineran, ke pantai-pantai.
Malam itu kami makan di sebuah restoran masakan Thailand – yang tadinya ada di Jogja juga, dekat rumah, dan jadi favorit, eh trus pandemi, dia tutup – jalan kaki dari penginapan. Setelah itu nongkrong di angkringan di seberang penginapan. Syahduuuu..
Pagi harinya kami sempat jalan kaki keliling 1 blok lalu makan nasi pecel khas Jepara yang pakai anggur laut. Enak sekali pecelnya. Bumbu kacangnya gurih legit dan tambahan anggur lautnya bikin ada krenyes-krenyes pecah seperti air laut menyembur kecil di dalam mulut. Ada tambahan isian juga yang khas hanya ada di Jepara yaitu horok-horok.

Kami makan di Pecel Golkar. Disebut pecel Golkar karena posisinya ada di halaman ex-kantor Golkar. Warung pecelnya tidak terafiliasi dengan pandangan partai yang mengusung slogan Golkar Menang, Rakyat Sejahtera itu ya – ya gatau benar akan kejadian apa enggak sih tu slogan, kita aminin aja. Kan kita harus selalu menjaga pengharapan.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa. – Roma 12:12
SEDAAAAPPP!!
Pelabuhan Kartini
Penyeberangan dari Jepara ke Karimun Jawa dimulai di Pelabuhan Kartini – jadi sedikit tips, pilih penginapan di Jepara yang dekat pelabuhan saja, biar nggak kemrungsung saat mau menyeberang dan masih sempat makan pecel Golkar Menang, Rakyat Sejahtera (diulang lagi).
Pelabuhan Kartini ni nggak terlalu besar – tapi nggak kecil juga – ya kalau kata Vety Vera,
Yang sedang sedang saja ~
Maap.
Di sekitar Pelabuhan Kartini ada beberapa warung ya, jadi kalau mau makan di pelabuhan juga bisa. Tapi ya pasti nggak seenak makan pecel Golkar Menang, Rakyat Sejahtera lah!! *cieee*

Kapal Penyeberangan
Tiket menyeberang kami sudah dipesankan oleh operator dari saat kami deal trip. Kami naik kapal Express Bahari. Estimasi perjalanannya dua jam saja (tapi pas berangkat, kami sampai Karimun Jawa dalam 2,5 jam). Pilihan kapal lainnya adalah kapal Ferry Siginjai yang estimasi perjalanannya empat jam. Ombak saat kami pergi (bulan Juli) tu tidak terlalu tinggi (menurut orang Karimun Jawanya wkwk) ya tapi lumayan, di tengah rasa kantuk yang begitu mendera setelah saya menenggak setengah pil Antimo, saya masih mendengar suara hoeeekkk hoeeekk bersahutan. Hihihi. Tips: Udah, nenggak Antimo aja barang setengah pil biar blegh tidur ga sempat mabuk laut karena kan Antimo obat anti mabuk ~ mabuk darat laut dan udara ~ minumlah sebelum bepergian – Antimo ~ menyenangkan perjalanan ~ Anda ~ (nyanyiin aja nggak usah malu).
Udah deh, dengan demikian kita semua sampai di Karimun Jawa. Hehehe. *gegoleran di pasir*
Jalan kembali pulang ke Jakarta sama ya; naik kapal menyeberang ke Jepara lalu dari Jepara naik bus ke Jakarta.
Tapi karena saya anaknya suka cari-cari, ngide lah ke mama, BAGAIMANA KALAU PULANGNYA KITA KE SEMARANG! Dan mamaku yang kadang suka sama anehnya sama anaknya pun YUK LAH SETUJU!! Wkwkwkwk. Terlalu mudah.
JEPARA – SEMARANG
Kami naik shuttle van ke Semarang. Shuttle van menjemput langsung di Pelabuhan Kartini. Pesan tiketnya masih via Traveloka (semua tiket dan penginapan dipesan via Traveloka ni Traveloka nggak mau kasih saya endorsement apa, saya sebut-sebut terus lho anda! *berchyandaaaaa berchyandaaaaaa saya nggak terima endorsement*) Ada beberapa pilihan shuttle van tapi yang bisa jemput di Pelabuhan Kartini hanya 99 Transline jadi ya saya pilih itu.

Shuttle van 99 Transline ini termasuk bagus lho pelayanannya menurut saya. H-1, saya diwhatsapp sama CSnya untuk reconfirm jadwal, pemberitahuan nomor van, termasuk dikirimin foto van-nya. CSnya beneran manusia, bukan robot, karena setelah diwhatsapp pertama kali, saya pakai kesempatan itu untuk menanyakan kemungkinan kalau kapal kami terlambat sampai di Pelabuhan Kartini bagaimana? Semua pertanyaan dan kekawatiran bisa dikomunikasikan dengan lancar.
Perencanaan saya, kapal kami dari Karimun Jawa dijadwalkan berangkat pukul 11, estimasi tiba di Pelabuhan Kartini Jepara pukul 13. Saya pesan shuttle van keberangkatan pukul 13.45. Agak deg-degan saat tahu kapal kami tiba 30 menit lebih lambat saat ke Karimun Jawa tapi alhamdulillah saat kembali, kapal kami tiba HANYA 10 menit lebih lambat jadi kami punya waktu untuk santai sejenak minum teh dan Milo hangat sambil menunggu shuttle van datang.
Tips: Kalau sudah tahu mepet waktu dan dapat kursi di kapal yang agak jauh dari pintu keluar, masuklah ke kapal di akhir-akhir jam boarding. Kenapa? Biar koper kalian ditaruh di tumpukan atas (kopernya ditumpuk-tumpuk gitu di kapal kan) dan mudah diambil saat mau keluar. Lalu bersiaplah berdiri dekat pintu keluar kapal ketika kapal sudah melambat dan daratan sudah kelihatan. Gpp nunggu sambil berdiri agak lama dekat pintu daripada terburu-buru menerjang lautan manusia yang semua mau ambil koper dan keluar cepat-cepat juga.
Selama menunggu van datang, CS tidak berhenti kasih kabar. Van sudah menuju pelabuhan, dia kasih tahu. Tempat van akan menjemput, dia kasih tahu. Van sudah dekat, dia kasih tahu. Van sudah sampai, dia kasih tahu plus kasih nomor driver. Top lah ini CSnya 99 Transline. Bagus komunikasi diarahkan dengan CS alih-alih langsung dengan driver dari saat pertama karena kan driver menyetir, otomatis nggak bisa kasih update atau menjawab pertanyaan.
Di Semarang, rute shuttle van-nya ternyata pas melewati penginapan yang sudah saya pesan jadi kami bisa berheni di penginapan langsung. Hehehe. Alhamdulillah.
Nah kalau opsi menyeberang ke Karimun Jawanya dari Semarang bagaimana?
Oke, ini berdasarkan riset singkat saja ya bukan berdasarkan pengalaman, jadi mungkin saja tidak update maka cek dan ricek lagi kalau mau ambil opsi ini.
Jakarta – Semarang: Naik kereta/bus,
Semarang – Karimun Jawa: Kapal Express Bahari (konon 4 jam perjalanan) atau kapal Pelni (7 jam perjalanan overnight MAMAM!!)
Pilihan lain, Jakarta – Semarang by train lanjut shuttle van ke Jepara dari Jepara ikut penjelasan di atas jangan lupa makan pecel Golkar. Wkwkwk tetep.
Senyum dulu ah.. 🙂
Akhirnya nyobain kuliner di Jepara mbak
Horog-horog dan lato memang enak banget ahhahahah.
Gimana pengalaman di Karimunjawa, semoga tahun depan sudah ada pesawat ke sana
Amin amiiin. Tapi kemarin naik bus juga cukup oke kok, ada ceritanya gitu. Hehehe.
Prosesnya yang asyik ya mba..kalau sdh sampai tinggal menikmati.