Jalan-jalan Sendirian

11roadside-barber-hanoi

“Mbak sama siapa?” tanya satu dari lima orang ibu-ibu yang barengan saya salat di Terminal 2 SHIA kemarin.

“Sendiri, Bu.”

“SENDIRI?!” mata ibu-ibu itu membelalak.

OH!! THE RESPONSE I LIKE! Hahaha.

Ini kali pertama saya solo traveling lagi setelah pandemi. Lucu banget rasanya. Banyak pengalaman yang dulunya sudah biasa saya rasakan, sekarang terasa seperti baru lagi. Hunting tiket, bikin itinerary, pinning GMaps, cek saldo tabungan (lalu berdeham seraya mengucap pelan ‘astaghfirullah’ wkwk), atur penginapan, naik LCC, diajak bicara orang yang duduk di sebelah; ini semua terasa baru bagi saya yang sekarang. Sedikit menakutkan tapi (ternyata) juga mengasyikkan. Jujur setelah hampir tiga tahun dilanda pandemi, berdiam di rumah saja, mengurangi interaksi dengan sesama manusia, saya sedikit banyak kehilangan kepercayaan diri. Kehilangan keyakinan bahwa saya bisa, THAT I AM ABLE gitu bahasa Jawanya. Euleuh euleuh..

But here I am now, in a chic tranquil book cafe in the middle of Hanoi, Vietnam, writing my blog accompanied by a big twinkling Christmas tree on my left while adoring a big yellow roman catholic parish church in front of me. Life is crazy, as how I know it was.

Selamat datang kembali, Diri.

blogging-in-a-cafe

Eh halo, Para Pembaca. Apa kabar ni? Sudah lama ya kita tak bersua via tulisan di sini. Hihihi.

Kasihan blog ini. sudah dibayar tahunan tapi nggak digunakan. Sibuk aja si Bulan merajut kisah di story Instagram. Ckck.

Wkwkwkwk.. EH SUDAH FOLLOW AKU BELUM? KALAU BELUM, KENAPAAAAH???

Oke, kembali ke pertanyaan tadi dan pertanyaan serupa yang diajukan Semut, guru tari saya di Jakarta.

“Kenapa kok suka jalan-jalan sendiri, Mbak?”

Jujur bingung mau menjelaskan dari mana. Bingung bagaimana menjelaskan how liberating it is to be on your own, doing everything you like at any time you want, ga perlu mikirin orang lain, ga perlu bersepakat dengan siapapun, bisa lebih kenal kapasitas dan kemauan diri sendiri, bisa lihat dunia berjalan di depan mata dan ngobrol sama pikiran sendiri. Rasanya seperti merdeka, cailah. Wkwkwk.

But there were so much going on inside my brain when I was asked that question dan jawaban-jawaban tadi rebutan untuk dulu-duluan keluar dari mulut sampai saking penuhnya, yang bisa keluar cuma, “Senang aja ngerasa bisa.”

Iya, ‘ngerasa bisa’ sums it all.

Sesederhana itu.

PERNAH SOLO TRAVELINGNYA KE MANA AJA, LAN?

Belum banyak kok, tapi yang memorable banget: Korea Selatan (2x) dan India (3x BUSET DA CINTA AMAT SAMA ALIA BHATT APA GIMANA?! *tapi jujur bingung banget Alia Bhatt tu cakep amat ya, tipe mukanya nggak ngebosenin gitu, saya aja perempuan suka ngeliatnya*), dan terakhir ya ini: Vietnam.

PERNAH NGERASA KESEPIAN NGGAK SELAMA SOLO TRAVELING?

Enggak. Hahaha. Saya suka solitude. Di rumah sendirian aja saya suka, ya jalan-jalan sendirian pun sama. Saya suka berada di lingkungan baru di mana saya nggak kenal orang dan orang nggak kenal saya (idih idih, situ Zendaya?!) jadi interaksi yang diharapkan terjadi di antara saya dan orang-orang ini minim dan transaksional saja. Hahaha.

ADA BEDANYA NGGAK SOLO TRAVELING DULU DAN SEKARANG (setelah pandemi)?

Kali ini terasa seperti baru lagi, seperti experiencing new things, dan jadi merasa sepertinya dulu saya take (the privilege of) solo traveling as granted. Dulu kayak biasa aja gitu, menyenangkan but not that exciting anymore. Ya sesuatu yang dijalankan sering (dalam waktu berdekatan) jadi suka terasa hambar karena dianggap sebagai kewajaran saja kan. Begitulah. Nah di solo traveling kali ini, excitement itu muncul lagi. <3

KALAU MAU MULAI SOLO TRAVELING TU GIMANA SI, LAN?

Eh gimana ya ini? Ya, ummm, mulai dari beli tiket? Bingung jawabnya ni, tapi saya listkan beberapa hal yang (mungkin) bisa bantu saat mau merancang perjalanan ya (solo traveling ataupun engga) ya. You’re welcome.

  • Pesan Tiket: Link untuk ini banyak, bisa via OTA (online travel agent) kayak Traveloka, Tiket dot com, Trip dot com gitu. Saya biasanya cek tiket via Skyscanner dulu karena di Skyscanner ada fitur ‘explore anywhere’ dan ‘whole month’ di mana dia kasih opsi perjalanan ke mana aja di tanggal/bulan terpilih mulai dari yang termurah sampai pelan-pelan jadi mahal. Kadang saya kalau jalan-jalan tu suka nggak mentingin ke mananya tapi pas lihat list dari Skyscanner suka tetiba kepikiran ‘eh pengen ke sini’ gitu pas lihat foto dan harganya. Hahaha.
  • Setelah pesan tiket biasanya saya suka Googling (dan sekarang TikToking because TikTok is the new Google) tempat yang ingin dikunjungi. Saya list lah itu di excel sheet.
  • Places to visit yang sudah dilist kemudian dipin di GMaps untuk menentukan itinerary, arah pergi, dan area untuk menginapnya.
  • Jangan lupa googling dokumen-dokumen yang diperlukan, apakah perlu visa, apakah VOA, jadwal urusnya gimana, kapan bisa bikin appointment (kalau harus urus visa), gitu-gitu lah.
  • Untuk penginapan bisa pesan di OTA juga. Oh ini juga ada perubahan perilaku dari solo traveling saya dulu dan sekarang. Dulu, saya santai saja prebook segala sesuatu yang berhubungan dengan satu trip di banyak OTA/aplikasi/website – dan hebatnya saya bisa hapal penginapan tanggal sekian sampai sekian dipesan di Booking dot com, tanggal sekian sampai sekian di Hostelworld, tiket berangkat dipesan dari Expedia, tiket pulang dari Trip dot com gitu apal loh sementara sekarang maaf maaf ni, kalau bisa semua prebook di satu aplikasi saja kayaknya bakalan saya lakuin biar ga riweuh. Hahaha.
  • Aplikasi dan website untuk prep perjalanan kesukaan saya: Skyscanner (dari dulu hingga sekarang masih tak tergantikan), Trip dot com, 12go dot com, rome2rio dot com, Klook.

Ih astaga tahu-tahu sudah 900an lebih kata dan tiba-tiba saya ngantuk (padahal masih jam 18.50 HAHAHAHA TUA!), jadi saya sudahi dulu lah tulisan ini. Nanti kalau ada yang mau share lagi, saya edit dan tambahkan ya. Atau saya bikin tulisan baru (kalau niat). Hihihi.

Semoga ada energi untuk blogging-blogging lagi. Mana aminnya, Saudara-saudara?
Di Jogjaaaa (eeaaaa, nyampe ga ni jokenya wkwkwk).

Senyum dulu ah.. 🙂

 

Related Posts

Leave a Reply