Matter of fact, ini adalah perjalanan pertama yang saya ragu sendiri. Jadi dekat ke waktunya kemarin, saya masih khalau mau jadi ikut atau engga. Hihihi. Ada dua ketakutan saya; yang pertama adalah saya takut memperlambat teman-teman seperjalanan saya (saya jalan sama C, Cimei, Koko Rudy, dan Chandra – temannya Cimei); yang kedua adalah saya takut hipothermia. Saya dulunya cukup tahan dingin, nah sekarang (mungkin faktor U…. *UHUK*), saya jadi agak kurang tahan dingin sedangkan gunung ya dingin toh ya. Kalau panas mah laut. :)))
Tapi setelah memikirkan matang-matang, saya memutuskan tetap pergi dan akan berjuang keras sampai akhir. Pikiran saya, kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi? I’ll whip my butt off to reach the peak!! Temanaaaaattt!!!! *pasang iket kepala*
Gunung Gede ada di daerah Puncak. Ada tiga jalan masuk untuk mendaki Gunung Gede ini; Cibodas, Gunung Putri, dan Salabintana. Kalau dari Cibodas, treknya lebih landai tapi lebih panjang (dan lamaaaa…), dari Gunung Putri lebih cepat tapi treknya makjegagig up and down and clap clap clap (sorry, I just can’t help being a kindy teacher). Salabintana gimana? Ndak tahu trek lewat Salabintana gimana. Hihihi. Maapkan. Kami kemarin memutuskan mendaki lewat Gunung Putri.
Berangkat jam 8 pagi, kami mulai menyusuri ladang warga, lalu melewati sungai kecil dan lanjut dengan trek tangga. Fiuh, saya paling benci ni trek tangga. Bikin lelahnya banget-banget!! Ihiks. Jalan terus terus dan terus sambil ngos-ngosan keabisan napas, akhirnya sampai juga di pos pertama. PERTAMA!! Karena masih ada EMPAT pos lagi untuk akhirnya kami bisa mencapai Alun-Alun Surya Kencana, tempat kami akan kemping. Huaaaaaa…. *seret-seret kaki*
Dari pos satu ke pos dua, sebenarnya fisik sudah lumayan enakkan karena kayak sudah ada pemanasan kan. Tapi saya agak down gitu pas Cimei bilang “Nanti setelah pos tiga baru treknya challenging.. Siap-siap deh..” JLEG!! Ja…ja…jadi, yang dari tadi ini, yang sudah bikin saya menggeh-menggeh ini, belum cha cha challenging?? Huaaaa.. *peluk pohon*
Entah berapa puluh kali saya melipir cari napas, membuat teman-teman saya ikutan melipir. Tadinya perkataan kalau saya mau istirahat adalah “Misi misi, pwincess mau istirahaaat..”, tapi DEMI TUHAN setelah beberapa saat, saya nggak kuat lagi untuk ngucap kalimat itu, jadi melipir saja lah langsung. :)))
Lama nggak mendakinya? LAMA!! Well, saya sih yang lama. Ada anak kecil yang ikut mendaki sama mamapapanya, dia sampe duluan aja donk dibanding saya. Hahaha. Β Pas sudah terakhir, jalanan lumayan landai, dibilang sudah dekat, I knew I had made a right decision to do this hike; not only I conquered the track, I conquered me. And that, somehow, felt great. Walaupun saya membutuhkan waktu DELAPAN jam untuk mencapai Alun-Alun Surya Kencana. Hihihi.
Sampai di Surya Kencana, saya masih stunned lihat pemandangan di sisi barat. Gulp banget. Indah. Perasaan yang sama ketika saya sampai di Bromo dulu. Bengong. π Tuhan baik banget sama saya, dikasih pemandangan indah terus. :’) Oh, ada cerita juga, pas mendaki, kami bertemu dengan bapak-bapak yang turun gunung, kami sempat tanya kok Sabtu-Sabtu sudah turun gunung, ternyata katanya malam sebelumnya badai di Surya Kencana dan dingin luar biasa, jadi dia yang harusnya turun di hari Minggu memutuskan untuk turun di Sabtu. Puji Tuhan, kami, dari mulai mendaki di Sabtu sampai turun gunung di Minggu, tidak sedikit pun hujan turun, malam hari saat menginap di Surya Kencana memang suhunya dingin menggila dan berangin. Β Tapi tidak hujan. Lord must be proud of me. π
Hari Minggu jam empat pagi, kami bangun untuk mendaki ke puncak Gunung Gede and witness the sunrise. OMG itu dinginnya mengkhila!! Saya pakai tiga apa empat lapis baju dan dua lapis celana (well, three if you count my underwear sih), tapi dinginnya masih menusuk banget!! I literally dragged my butt to get up there! Stopping at several sides to catch my breath for a second (karena if it is for minutes, the cold weather makin menggila menusuknya). Hihihihi.
Setelah sekitar satu jam mendaki, akhirnya Gunung Gede berhasil saya rambah. Dua ribu sembilan ratus lima puluh delapan meter di atas permukaan laut. Dan saya diam, sendirian, menatap lazuardi cantik di ujung sana dan …. nangis. Hahaha. Yup, saya nangis. I know, cengeng banget! Tapi saya bersyukur banget saya bisa melihat pemandangan itu. Pemandangan indah itu. Sekali lagi saya membuktikan saya bisa – walaupun lambat. Hehehe.
Proud to say, hai Gunung Gede, I have conquered thee. And most of all, I have conquered me. π
Senyum dulu ah.. π
aduh kelemahan gue banget nih disuruh tracking ama hiking hhahahaaa
Huahaha.. Ih sesungguhnya sama mbaaak.. Aku pun menggeh2 ngos2an pas naik.. :)))
Duuuh serunya jadi inget pas jaman-jaman SMP dulu ikut tracking ke gunung… padahal mah cuman dilereng gunung aja ga sampai ke puncak tapi capeeknyaa… sampe kapok ga mau lagi hahaha π
Awwww….selamat Mbak Buy!
Aku setelah mendaki Papandayan baru menyadari bahwa aku altitude sickness. Jreng jreng jreng banget muntah2 sepanjang jalanan nanjak, tapi biasa aja kalo jalanan turun atau rata. Sekarang kalau diajak naik gunung aku mendingan nolak dulu daripada ngerepotin semua orang. Tapi setidaknya pernah naik gunung lah. Meski itungannya Papandayan ga susah2 amat hehehehe
Selalu menyenangkan membaca perjalanan mendaki seseoran, walaupun postingnya sudah lama sekali. It brings back memories. It is like I can breath the air, seeing the tall tree and walking the rock. Thank u for sharing…
Thank you for reading! ??