Perjalan #Ubermamajourney berlanjut.
Sampai di Bangkok sudah hampir tengah malam. Langsung menuju ke loket taksi berargo (tahu darimana dek taksi berargo ada di sini? *lambai2 laptop* Interneeeetttt… :p) dan ngantri. Petugas di Bangkok lebih tidak ramah dibanding di Phuket. Ya mungkin karena kota besar ya, jadi dia juga sudah kecapean melayani penumpang yang lebih banyak dibanding Phuket. Saya menunjukkan alamat hotel tempat kami akan menginap dan memperlihatkan tulisan Thailandnya, petugas berkata “Sukhumvit.. Sukhumvit.. Ya ya ya..”.
Ya..ya..ya.. Sukhumvit ya..
Masuk taksi kemudian jalan .. terus.. masuk tol.. keluar.. lalu masuk jalan ini.. jalan itu.. Rauwisuwis! Hihihi.
Sampailah kami di jalan yang panjang dan dia bilang “Sukhumvit Sukhumvit.. uhfwechpwichwkcjhpi..” – Neng, nggak paham. :))
Saya pelan-pelan bilang, “It’s near Asok BTS station, Sir.. Soi twenty one.. Close to Soi Cowboy..” Trus dia jawab, “Aaa.. Yayaya.. Twenty One ya.. Yayaya..” *ini apaan sik yayaya muluk* Hihihi.
Saya ngurutin sendiri soi-soinya dan sampai di soi 19 (yang selanjutnya adalah soi 21), saya minta dia belok kiri dan tadaaaa.. Di situlah penginapan kami berada.
Selesai urusan check in di hotel, kami keluar cari makan. Dan jreng, saya baru sadar bener yang dikatakan di buku (yang saya baca setelah saya book hotel ini.. -____-), bahwa daerah Sukhumvit yang deket Nana (Asok ini satu stasiun sesudah Nana) itu daerah yang ramai di malam hari. Beberapa wisatawan Asia sangat menghindari daerah ini karena tingkat digodainnya tinggi banget, pernah ada yang cerita, digodainnya sampe dicolek-colek gitu. I’m not worry about me. Yang saya takut ga nyaman justru BuJendral. Jadi saya sebenarnya sedikit merasa bersalah karena pesan hotel di wilayah seperti ini. 🙁 *tapi kemudian bahagia pas mama bilang hotelnya pas dan lokasinya sangat strategis… awww… uwuwuwu..*
Keesokan harinya, baru dimulailah petualangan di Bangkok. Seperti kebiasaan, saya jalan-jalan naik angkutan umum. Saya kira mama juga sudah biasa (karena beliau sudah 3kali ke Bangkok), eternyata mama belum pernah naik BTS di Bangkok dong. HLAH… Hihihi. Beliau biasa pakai tur gitu. Tur emak-emak.
EH APA?
Kelucuan pertama berkaitan dengan naik angkutan umum ini adalah, pas di stasiun Saphan Taksin, kartu kami nggak bisa keluar. Dua kali dicoba nggak bisa. Datanglah itu petugas. Keadaan stasiun sepi karena kami tadi sempat foto-foto dulu sebelum keluar sementara orang-orang sudah keluar duluan. Sang petugas kemudian meminta uang 30baht ke kami. Saya masih berpikir, oke, apa yang salah ya? Setelah dikasih 30baht, dia memberikan kami kartu lain dan jreng, kami bisa keluar!
Sampai di luar saya ngakak!! Jadi kami pindah kereta di Stasiun Siam, nah tadi itu saya hanya melihat harga sampe Siam, bukan sampai Saphan Taksin. Ya pantes saja kartunya nggak bisa dipake di Saphan Taksin, Maliiiih!! Buahahahaha.
Kata bujendral, “Untung stasiun sepi, Dek, malu ati banget kalau tadi kurang, nggak bisa keluar..” Bahahaha… Maap ya Maaaah.. Hihihi..
Perjalanan dilanjutkan dengan kapal ke Wat Pho
Ada bapak-bapak yang teriak, “Bow dayrek to Wat Bho, Gwen Pewes.. Come on come ooon..”, saya bengong, mencoba mencerna. Dia ngomong hal yang sama berulang-ulang sampe kemudian saya sadar, oh, maksudnya ‘direct boat to Wat Pho and Grand Palace’. Hihihi.. Baiklah, 100baht, naiklah kami. Di dalam kapal saya sempat mikir, kok mahal ya 100baht (walaupun kalau dirupiahkan si ya 30.500, untuk perjalanan sejauh itu, worth banget), tapi saya pikir karena direct boat kali ya.
Kami menikmati Wat Pho kemudian mengitari Grand Palace sambil menggeh-menggek. Ngikik bersama karena setiap ketemu gerbang dan kami mau masuk, petugas selalu mengangsurkan tangan menunjukkan gerbang selanjutnya. HLAH.
We literally went around half of the palace till (finally) get in at the right gate. Hihihi.
Perut sudah kerucukan tapi menemukan tempat makan di Bangkok yang halal bagi mama susahnya alamakjan. We ended up eating: Pisang Goreng!! Hahaha.
Nyebrang ke Wat Arun 3baht saja. Bujendral sudah lelah jadi nggak mau ikut masuk jadi duduk di tamannya saja sambil minum dan liat-liat peta. Udaranya lembab. Hujan rintik, lalu panas. Lalu hujan lagi. Jadinya badan pliket dan gerah banget. Energi terkuras. Saya masuk Wat Arun juga cuma sebentar. Dibanding Wat Arun, saya masih lebih menikmati Wat Pho si. Hehehe. Wat Arunnya kurang berwarna. Kikiki. *peace*
Selesai dari Wat Arun, kami mau balik ke hotel. Dan kelucuan keda pun dimulai. Kali ini naik Chao Praya Tourist Cruise. Kata orang di pier, per orang 50baht. Okeh. Hap, naik, duduk.
“Lediy and jintimen. Wi a naw kam tu auw pi stop.” *bengong sebentar berpikir, ini MCnya (seorang ladyboy btw) ngomong apa ya? Oooooh, “Ladies and Gentleman, we are now come to our fifth stooopp.” Luar biasa ya kemampuan saya menangkap Thai-English sudah semakin bagus! Hihihi.
Setelah beberapa stop, sampailah kami di Saphan Taksin lagi. Lalu turun, dan jalan, dan kemudian bingung. Eh loh kok tadi ga ditarik uang? Lah, kami nggak bayaaaarrr!! Eh salah, ralat, harusnya: Laaaaah, kami nggak ditagih tikeeeet… *beda makna: bukan salah kami lho, kami nggak ditagih bayaaar*
Balik hotel sebentar lalu pergi jalan lagi. Kali ini menyambangi Mah Boon Krong a.k.a MBK. Sampai MBK saya terbengong-bengong, BUSET itu koleksi terakhirnya Dolce and Gabbana yang silkscarf ada lengkap disanah.. Se-sepatu-sepatunya!! GILAK!! Beneran saya bengong. Mutar muter mutar muter, semua harganya masuk akal, barang-barangnya bagus.Whaaa whaaaa..
Oke demikian lah sekelebat (((SEKELEBAT))) cerita Satu Hari di Bangkok. Kapan-kapan cerita lagi deh tapi rayu dulu.
Senyum dulu ah.. 🙂
mba,,nginep dihotel mana?
Ini di Wellness Residence..
Kali kedua ke Bangkok menginap di Himalayan Residence. 🙂