This post was made as a daily journal for Nescafe Indonesia.
Thank you for the journey Nescafe, proud to be part of Sobat Journey. 🙂
——————————————————————————————————————————
Saya takluk!! Takluk sama Aceh..
Takluk jatuh cinta.
Dan takluk jatuh sakit.
Hahaha.
Pagi di hari kedua, kami sampai di Takengon. Mobil berhenti di sebuah kedai kopi di pinggir jalan. Kopi Luwak disajikan dari french press ke dalam gelas-gelas kecil. Mencium aromanya, hmmmm, segaaaarrr. Ibu dan Bapak pemilik kedai pun senang menemani kami mengobrol ramah.
Takluk jatuh cinta.
Dan takluk jatuh sakit.
Hahaha.
Pagi di hari kedua, kami sampai di Takengon. Mobil berhenti di sebuah kedai kopi di pinggir jalan. Kopi Luwak disajikan dari french press ke dalam gelas-gelas kecil. Mencium aromanya, hmmmm, segaaaarrr. Ibu dan Bapak pemilik kedai pun senang menemani kami mengobrol ramah.
Dari kedai kopi, kami langsung jalan menuju ke Danau Laut Tawar. Dan saya takluk. Jatuh cinta. Di tengah hiruk pikuk, Danau Laut Tawar mempesona dengan keheningannya. Bayangkan danau yang luas, hening, dengan pegunungan hijau di belakangnya, dan udara dingin segar yang menyergap. Ah, bahkan kata-kata tidak mampu menggambarkannya dengan tepat. Saya jatuh cinta dengan Takengon.
Danau Laut Tawar – Takengon |
Dari Takengon, kami mulai perjalanan menuju Blangkejeren. Dan di sini lah awal mula penaklukkan saya yang kedua. Jalan berkelok tajam hampir di setiap 10 meter. Jika tidak berkelok tajam, pasti tetap ada kelokan. Berkali-kali driver mengerem mendadak karena kelok yang dikira 90 derajat ternyata lebih tajam, saya sampai bengong melihat kelokannya. Hampir 30 derajat!! Baru jalan kira-kira satu jam, saya merasa punuk saya memanas, tangan saya mendingin, dan lemas. Saya meminta driver meminggirkan mobil dan berlari untuk kemudian mengeluarkan seluruh makan siang saya. Saya takluk. Jatuh sakit. Ahuhuhu.. *peluk pohon waru*
Di pemberhentian pertama, kami justru akhirnya berhenti lama untuk ngopi-ngopi di pinggir jalan dengan tampilan pegunungan di satu sisi dan biasan sinar matahari yang jatuh di deretan pohon pinus di sisi lainnya. Indah! Saya seperti melihat gambaran kartu pos pegunungan di Switzerland. Tapi, ini Aceh sodara-sodara!! ACEH!! Indonesia!!
Di pemberhentian pertama, kami justru akhirnya berhenti lama untuk ngopi-ngopi di pinggir jalan dengan tampilan pegunungan di satu sisi dan biasan sinar matahari yang jatuh di deretan pohon pinus di sisi lainnya. Indah! Saya seperti melihat gambaran kartu pos pegunungan di Switzerland. Tapi, ini Aceh sodara-sodara!! ACEH!! Indonesia!!
Perjalanan Takengon-Linge-Rikit membuahkan dua kali pemberhentian untuk saya menguras isi perut. Luar biasa!! Sampai mual mencium bau mobil dan mual juga melihat makanan. Out of many journeys that I have ever done, this is surely one I will call ‘Real Journey’!!
Tapi perjalanan masih akan panjang. Dan kami harus terus berjalan. *masuk mobil dengan gontai*Â
Tapi perjalanan masih akan panjang. Dan kami harus terus berjalan. *masuk mobil dengan gontai*Â
Ihiy!! :))) Semangaaat!!!
Senyum dulu ah.. 🙂
4th blog walking
4 dari 3 destinasi, disamakan dgn swiss
Ada lagi ya…lanjut baca agh
Karena dalam bayanganku tu kalau scene pegunungan, danau, hijau gitu tu yang terbayang ya Swiss. Hihihi.
Next, you will be surrender to an Acehnese man.